Rabu, 30 Desember 2009

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN DI JPTE FPTK UPI

Hasbullah
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI
Jl. Dr. Setiabudi 207 Bandung, 40154
Email : hasbullahmsee@yahoo.com

Abstrak

Dukungan Infrastruktur Jaringan Komputer di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
(JPTE) FPTK UPI sangat memicu untuk dikembangkannya fasilitas-fasilitas
layanan kepada mahasiswa. Selain Sistem Informasi Akademik, maka hal yang
telah menjadi tuntutan di perkuliahan adalah penyediaan sarana belajar
mengajar atau perkuliahan. Riset terbaru menyebutkan bahwa mahasiswa
sekarang menuntut lebih banyak waktu yang berkualitas untuk bisa berdiskusi
dan membantu pemahaman dalam perkuliahan. Tatap muka di kelas menjadi
tidak cukup untuk memenuhi waktu yang berkualitas itu. Salah satu alternatif
adalah dikembangkannya sistem e-learning yang bisa memberi lebih banyak
waktu dan kesempatan kepada mahasiswa untuk bisa berdiskusi. E-learning
adalah sebuah proses pembelajaran dimana penyampaian materi, diskusi, dan
lain-lain kegiatan perkuliahan dilakukan melalui media elektronik. Sistem
e-learning yang dikembangkan adalah berbasis web dan menggunakan moodle
sebagai software pembelajarannya , sehingga sistem e-learning ini disebut
Internet Enabled Learning. Sampai sejauh ini sistem e-learning yang
dikembangkan di jurusan Teknik Elektro FPTK UPI sudah pada tahap
implementasi dan uji coba. Sistem e-learning telah di ujicoba pada beberapa
kegiatan perkuliahan, diantaranya perkuliahan Gambar Teknik pada semester
ganjil 2007/2008. Dari hasil pengujian Sistem E-learning pada beberapa mata
kuliah, rata-rata responden tertarik dan antusias menggunakan model
pembelajaran ini. Dengan pemanfaatan e-learning sebagai sarana pembelajaran
diharapkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar diharapkan akan semakin
baik. Hasil beberapa uji coba pembelajaran dengan e-learning itu telah
memberikan banyak masukan untuk perbaikan sistem.

Kata kunci : e-learning, pembelajaran, web, internet, moodle.









1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang
dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah
paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi
terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-
sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan Internet. Salah
satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan
teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan
suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi
informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber
informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta
peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo, 2004), beberapa bagian unsur ini
mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide
tentang e-learning (Utomo, 2001)
Skenario mengajar dan belajar perlu disiapkan secara matang dalam sebuah
kurikulum pembelajaran yang memang dirancang berbasis internet.
Mengimplementasikan pembelajaran berbasis internet bukan berarti sekedar meletakkan
materi ajar pada web. Selain materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan
matang untuk mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam
proses belajar mereka.
Teknologi baru terutama dalam bidang ICT memiliki peran yang semakin
penting dalam pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat
membawa kita kepada situasi belajar dimana "learning with effort" akan dapat digantikan
dengan " learning with .fun". Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa, learning with
effort menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor
pembatas seperti usia, kemampuan daya tangkap, kemauan berusaha, dll. Jadi proses
pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para
fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat
membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar. Pada saat ini kita
2 semua memahami bahwa "proses belajar" dipandang sebagai proses yang aktif dan
partisipatif, konstruktif, kumulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran, baik
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) maupun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).
Mengkombinasikan antara pertemuan secara tatap muka dengan pembelajaran
elektronik dapat meningkatkan kontribusi dan interaktifitas antar peserta didik. Melalui
tatap muka peserta didik dapat mengenal sesama peserta didik dan guru pendampingnya.
Keakraban ini sangat menunjang kerja kolaborasi mereka secara virtual. Persiapan
matang sebelum mengimplementasikan sebuah pembelajaran berbasis multimedia
memegang peran penting demi kelancaran proses pembelajaran. Segala persiapan seperti
penjadwalan sampai dengan penentuan teknis komunikasi selama proses pembelajaran
merupakan tahapan penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis web.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat model pembelajaran elektronik
(e-learning) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah di Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI yang berbasis internet yang dapat digunakan
sebagai sarana yang menunjang proses belajar mengajar serta tidak hanya
mengimplementasikan materi ajar pada web, tetapi juga menciptakan skenario
pembelajaran dengan matang untuk mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif
dan konstruktif dalam proses belajar mereka

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

E-learning yang dikembangkan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI
diharapkan bisa memberikan tambahan waktu yang berkualitas diluar jam kuliah dan
menjadi alat bantu perkuliahan untuk penyampaian materi dan tugas-tugas terstruktur dari
mata kuliah . Selain itu juga dengan pembelajaran elearning ini diharapkan
terselenggaranya pembelajaran mata kuliah secara online yang mampu memberi
dukungan bagi terselenggaranya perkuliahan yang interaktif sehingga mahasiswa bisa
melakukan diskusi dengan dosen maupun dengan mahasiswa yang lain dalam forum
diskusi yang disediakan dalam sistem elearning ini.



3 1.3 Batasan Masalah

1. Sistem yang dikembangkan hanya merupakan alat bantu perkuliahan, bukan
pengganti kuliah.
2. Sistem yang dikembangkan adalah berbasis web dengan dukungan PHP
programming dan database MySQL.
3. Software implementasi e-learning yang dicoba untuk dikembangkan dalam
pembelajaran ini adalah Moodle

II. LANDASAN TEORI

2.1 Peranan Media Ajar Dalam Proses Pembelajaran
Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefiniskan sebagai sejumlah
langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :
1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan
dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar
untuk mencapai sasaran PBM.
2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlah-langkah
pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk
perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.
3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan
sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.
Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut
memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena
pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan
media sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2002; 137). Umar Hamalik
(1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini
berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
a) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti taperecorder.
4 b) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam
wujud visual.
c) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke
dalam dua jenis
a. audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film
sound slide.
b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
Sementara itu, selain media-media tersebut di atas, di lembaga pendidikan
kehadiran perangkat komputer telah merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan
disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di sisi lain sangat banyak pengguna jasa dibidang komputer yang
mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor, tutee maupun tools yang
belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang dihasilkan
melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pengajar
terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan, serta mengaplikasikan
pengajaran sejalan dengan tuntutan kurikulum karena keterbatas informasi dan pelatihan
yang mereka peroleh.

2.2 Definisi E-Learning
Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang
pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula
yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-
learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer
yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-learning
didefinisikan sebagai berikut : e-Learning is a generic term for all
technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as
5 phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the
more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly
referred to as online courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002)
yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-
learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan
dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang
digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian
dari media elektronik yang digunakan Pengajaran boleh disampaikan secara
‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang
berbeda). Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini
mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan
kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’,
dosen/guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’
fokus utamanya adalah mahasiswa/siswa. Mahasiswa mandiri pada waktu tertentu dan
bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan
‘memaksa’ mahasiswa memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.
Mahasiswa membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran dosen dalam arti
sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil
guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001) menjelaskan
filosofis e learning sebagai berikut. Pertama, elearning merupakan penyampaian
informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning
menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional
(model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan
berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
6 Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan
teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas mahasiswa amat bervariasi tergantung pada
bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat
penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada
gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Sementara itu Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi
dalam merancang elearning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang
sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu
yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan
sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk
proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang
guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi
yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala
persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di
depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon
yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian
perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.

2.3 Fungsi dan Manfaat E-Learning
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di
dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya
pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi)(Siahaan, 2002).
a. Suplemen
Dikatakan berfungsi sebagai supplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai
kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau
tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi pesertadidik untuk mengakses
materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
7 b. Komplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran
elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di
dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik
diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi
peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi
pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang
dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara
tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran
elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar
semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang
disajikan guru di dalam kelas.Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada
peserta didik yangmengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru
secara tatapmuka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka.
Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran
yang disajikan guru di kelas.
c. Substitusi (pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapaalternatif model
kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya.Tujuannya agar para
mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan
waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa.
Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1)
sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.
Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih mahasiswa tidak
menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materiperkuliahan
mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika mahasiswadapat menyelesaikan
program perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui
internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara
8 pendidikan akan memberikan pengakuan yangsama. Keadaan yang sangat fleksibel ini
dinilai sangat membantu mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya.

Manfaat pembelajaran Elektronik Learning
Menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) manfaat Pembelajaran
elektronik Learning (e-Learning) itu terdiri atas 4 hal, yaitu:
1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity).
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar
interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara
sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance
interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional.
Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani
atau mempunyai kesempatan untuk mengajukanpertanyaan ataupun menyampaikan
pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran yang
bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan
dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.
2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapansaja (time and
place flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk
diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan
interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja (Dowling, 2002).
Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada
guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada
janji untuk bertemu dengan dosen/instruktur.

3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach aglobal
audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat
dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyakatau
meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di
9 mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar
dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benarterbuka lebar bagi siapa
saja yang membutuhkan.

4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archivable capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak
(software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan
bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran
bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat
dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu,penyempurnaan metode
penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas
umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/ instruktur
selaku penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

2.4 Teknologi Pendukung E-learning
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal
istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya
menggunakan komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang
menggunakan alat bantu utama komputer.
Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Technology based learning dan
Technology based web-learning. Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri
dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video
Information Technologies (video tape, video text, video messaging). Sedangkan
technology based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies
(bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah
kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video).
Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education),
10 dimasudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan
teknologi e-learning ini. Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo
(1997), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan
pendidikan, yaitu email, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC),
dan World Wide Web (WWW)”.
Sedangkan Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam
e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu
memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan,
dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna
melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. Ketiga, e-learning
terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang
menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.
Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang salah
satunya adalah system “dot.com educational system” (Kardiawarman, 2000). Paradigma
ini dapat mengitegrasikan beberapa sistem seperti, Pertama, paradigma virtual teacher
resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga
siswa tidak haus secara intensif memerlukan dukungan guru, karena peranan guru maya
(virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh sistem belajar tersebut. Kedua,
virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan
dasar, menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan
paradigma ini daya tampung mahasiswa tak terbatas. Mahasiswa dapat melakukan
kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja. Ketiga, paradigma cyber
educational resources system, atau dot com leraning resources system. Merupakan
pedukung kedua paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal
elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.
Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet. Menurut
Williams (1999). Internet adalah ‘a large collection of computers in networks that are
tied together so that many users can share their vast resources’.


11
2.5 Internet sebagai Media Pembelajaran
Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di
negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini
memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif.
Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga
diharapkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah
dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CD-ROM Interkatif dan lain-lain.












Gambar 2.1. Jaringan internet yang dapat diakses untuk pembelajaran
Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar
mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya
proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan
12 dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet
tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang
kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang
dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam
memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas
tersebut (Boettcher 1999).
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan,
presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih
dari tiga mode dasar dialog/komunikasi sebagai berikut (Boettcher 1999):
a. dialog/komunikasi antara guru dengan siswa
b. dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
c. dialog/komunikasi di antara siswa
Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi,
maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Para pakar pendidikan
menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari pembelajaran sangat ditentukan
oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut (Pelikan, 1992).
Kemudian dinyatakan pula bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan
mengutamakan keseimbangan antara ketiga dialog/komuniaksi tersebut sangat penting
pada lingkungan pembelajaran berbasis Web (Boettcher 1999).
Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, apakah Internet mampu memenuhi ketiga
persyaratan tersebut?. Sebagaimana telah dibahas secara sepintas di bagian depan,
sesungguhnya internet merupakan media yang bersifat multi-rupa, pada satu sisi Internet
bisa digunakan-untuk berkomunikasi secara interpersonal misalnya dengan menggunakan
e-mail dan chat sebagai sarana berkomunikasi antar pribadi (one-to-one
communications), di sisi lain dengan e-mail-pun pengguna bisa melakukan komunikasi
dengan lebih dari satu orang atau sekelompok pengguna yang lain (one-to-many
communications). Bahkan sebagaimana telah disinggung di bagian depan, internet juga
memiliki kemampuan memfasilitasi kegiatan diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok
orang. Di samping itu dengan kemampuannya untuk menyelenggarakan komunikasi tatap
muka (teleconference), memungkinkan pengguna internet bisa berkomunikasi secara
13 audiovisual sehingga dimungkinkan terselenggaranya komunikasi verbal maupun non-
verbal secara real-time.
Dengan demikian terlihat bahwa secara nyata internet memang akan bisa
digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah, karena memiliki karakteristik yang
khas yaitu (1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang
memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many, (2) memiliki
sifat interkatif, dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron
(syncronous) maupun tertunda (asyncronous), sehingga memungkinkan terselenggaranya
ketiga jenis dialog/komunikasi yang merupakan syarat terselengaranya suatu proses
belajar mengajar.
Dengan demikian terlihat bahwa sebagaimana media lain yang selama ini telah
dipergunakan sebagai media pendidikan secara luas, Internet juga mempunyai peluang
yang tak kalah besarnya dan bahkan mungkin karena karakteristiknya yang khas maka di
suatu saat nanti Internet bisa menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan
paling dipergunakan secara luas.

2.6 Pengajaran Berbasis Web
Khan (1997) mendefinisikan pengajaran berbasis web (WBI) sebagai program
pengajaran berbasis hypermedia yang memanfaatkan atribut dan sumber daya World
Wide Web (Web) untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Sedangkan menurut Clark (1996), WBI adalah pengajaran individual yang dikirim
melalui jaringan komputer umum atau pribadi dan ditampilkan oleh web browser. Oleh
karena itu kemajuan WBI akan terkait dengan kemajuan teknologi web (perangkat keras
dan perangkat lunak) maupun pertumbuhan jumlah situs-situs web di dunia yang sangat
cepat. Kemajuan perangkat keras ditandai dengan pemakaian teknologi ATM
(Asynchronous Transfer Mode) dan serat optis yang memungkinkan transfer data yang
besar dan cepat. Dalam bidang perangkat lunak, Java yang dikembangkan oleh Sun
Microsystems mampu membuat aplikasidalam halaman web yang bersifat dinamis.
Disamping itu perkembangan WBI juga dipacu oleh besarnya keuntungan yang
didapat bila dibanding denganmedia pengajaran lainnya. Pemanfaatan internet dalam
WBI ini mampu mendorong perkembangan universitas terbuka atau pembelajaran jarak
14 jauh, karena WBI dianggap paling murah dibanding CAI/CBI, siaran radio, kaset video,
dan lainlainnya. Dengan WBI ini belajar tidak lagi terikat dengan waktu dan ruang
tentunya. Pada kenyataannya sekarang ini, melalui internet memang bias mengirim video
tetapi tidak mampu secepat kalau mengakses kaset video, televisi, atau CD-ROM secara
langsung. Lagi pula, interaksi waktu nyata yang dijalin tidak sebaik komunikasi telepon
ataupun konferensi video. Sedangkan informasi tekstual yang diperoleh pun juga tidak
sebaik dari buku atau majalah. Akan tetapi mengapa web demikian pesat
perkembangannya?. Hal ini karena dalam web bisa didapatkan gabungan keuntungan atas
media lain tersebut. Dalam web bisa diperoleh informasi video dan suara sekaligus teks
dan gambar serta dimungkinkan komunikasi interaktif dari berbagai sumber informasi di
seluruh dunia. Disamping itu, menurut McManus (1995) ternyata jaringan internet
bukanlah semata-mata suatu media, tetapi lebih dari itu juga merupakan pemberi materi
dan sekaligus materinya. Seorang dosen yang mengajarkan suatu topik tertentu melalui
web akan dengan mudah menghubungkannya dengan situs-situs web yang berkaitan
dengan topik tersebut.
Program WBI yang baik menurut Albert dan Canale (1996) harus mempunyai
kemampuan yang lebih dari pada sekedar menjalin komunikasi dua arah. Kemampuan ini
meliputi:
a) penyampaian materi dalam berbagai bentuk data serta dapat dihubungkan ke
berbagai sumber informasi lainnya (hypermedia)
b) pendaftaran mahasiswa secara on-line sehingga bisa dilakukan setiap saat
c) identifikasi akses berikutnya bagi mahasiswa yang sudah terdaftar
d) penelusuran kemajuan belajar
e) evaluasi
f) fleksibilitas kontrol terhadap alur pembelajaran dan lain-lain

Masalah evaluasi menjadi rumit dalam program WBI. Seperti halnya dalam
program belajar jarak-jauh lainnya, tidak ada suatu cara untuk menjamin bahwa orang
yang duduk mengerjakan soal-soal di depan komputer yang letaknya jauh di belahan
bumi sana adalah mahasiswa yang telah terdaftar. Fasilitas login dengan username dan
password semata-mata hanya untuk kepentingan keamanan akses mahasiswa dari orang
15 lain yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu kejujuran mahasiswa memegang peranan
yang sangat penting.
Dengan asumsi bahwa soal-soal dikerjakan oleh mahasiswa yang terdaftar, maka
evaluasi secara on-line dapat dilakukan dengan cara mengirim seluruh jawaban soal-
soalsekaligus dalam satu dokumen HTML atau setiap satu jawabansoal dikirim sendiri-
sendiri. Kerugian cara pertamaadalah bahwa umpan balik setiap satu jawaban soal
tidakbisa diberikan segera pada saat pengerjaan soal-soal sedang berlangsung. Kerugian
cara kedua adalah bahwasetiap satu jawaban memerlukan identifikasi karena
setiappengiriman merupakan kejadian yang independent. Namun halini bisa diatasi
dengan field tersembunyi dan dengan"cookie".
Tahapan perancangan WBI meliputi penentuan karakteristik peserta didik,
deskripsi hasil belajar yang diharapkan, identifikasi materi dan strategi
evaluasi,perencanaan struktur dasar program, implementasi perancangan prototipe dan uji
coba, merevisi dan memvalidasi,meng-install serta monitoring dan review (James, 1997).
Seorang dosen yang akan mengelola suatu mata kuliah dalam bentuk WBI perlu
mencermati tahapan tersebut. Adapun perencanaan yang bersifat perangkat keras serta
infrasturktur yang mendukung jaringan internet bukan menjadi tanggung jawab masing-
masing dosen mata kuliah, akan tetapi menjadi tanggung jawab lembaga secera
keseluruhan.

2.7 E-Learning Sebagai Media Pembelajaran
Pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. E-learning, seperti juga
namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan menggunakan media elektronik
yang terhubung dengan Internet (World Wide Web yang menghubungkan semua unit
komputer di seluruh dunia yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang
bisa menghubungkan semua unit komputer dalam sebuah perusahaan). Jika Anda
memiliki komputer yang terkoneksi dengan Internet, Anda sudah bisa berpartisipasi
dalam e-learning. Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi bisa
jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa
tidak terbatas pada besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan
penyampaian pelajaran dengan kualitas yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran
16 di kelas yang tergantung pada “mood” dan kondisi fisik dari instruktur. Dalam e-learning,
modul-modul yang sama (informasi, penampilan, dan kualitas pembelajaran) bisa diakses
dalam bentuk yang sama oleh semua siswa yang mengaksesnya, sedangkan dalam
pembelajaran konvensional di kelas, karena alasan kesehatan atau masalah pribadi, satu
instruktur pun bisa memberikan pelajaran di beberapa kelas dengan kualitas yang
berbeda.
Pembelajaran formal vs. informal. E-learning dalam arti luas bisa mencakup
pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun
informal. E-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum,
silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang
telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pembelajar sendiri).
Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh
perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh
universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang
bergerak di bidang penyediaan jasa e-learning untuk umum. E-learning bisa juga
dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui
sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang
ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada
masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Beberapa manfaat yang bisa dinikmati dari proses pembelajaran dengan
e-learning, diataranya :
1. Fleksibilitas.
Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas
pada jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa),
maka e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat
pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki
akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan
palmtop, bahkan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-
learning. Berbagai tempat juga sudah menyediakan sambungan internet gratis (di
bandara internasional dan cafe-cafe tertentu), dengan demikian dalam perjalanan
17 pun atau pada waktu istirahat makan siang sambil menunggu hidangan disajikan,
Anda bisa memanfaatkan waktu untuk mengakses e-learning.

2. Independent Learning
E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali
atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan
untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian
mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari
topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa
melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan
untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa
mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia
pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau
ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti
dialog interaktif, ia bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di
LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen
seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk
belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.

3. Biaya
Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya
di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara
finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar
dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain
dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan
tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola
pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk
belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD
player, OHP).
18 Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-
learning, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : komunikasi satu arah dan
komunikasi dua arah.
Komunikasi atau interaksi antara dosen dan mahasiswa memang sebaiknya
melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat instruktur memberikan
materi kuliah, peserta didik dapat langsung mendengarkanya.
b. Dilaksanakan melalui cara tidak langsung misalnya pesan dari instruktur direkam
dahulu sebelum digunakan.

Beberapa karakteristik e-learning yang dapat dijadikan media pembelajaran di Perguruan
Tinggi dan disekolah antara lain :
a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dosen dan mahasiswa atau guru dengan
siswa, siswa dengan sesama siswa atau dosen/guru dengan sesama dosen/guru
dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang
bersifat protokoler.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan
dikomputer sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan
dimana saja bila yang bersangkutan memerlukan.
d. Memanfaatkan jadual pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-
hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di
komputer.
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet, karena teknik
pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, dan hal ini akan mempengaruhi
tugas dosen dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar dominasi oleh
peran pendidik, karena itu disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan mengajar,
banyak didominsi oleh peran pendidik dan buku (the era of teacher and book) dan pada
masa mendatang prose belajar mengajar akan didominasi oleh peran pendidik, buku dan
teknologi ( the era of teacher, book and technology).
19 Dalam era global seperti sekarang ini, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka ,
kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini
disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.
Oleh karenya sebaiknya kita tidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian
menunjukan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah
memperoleh kesempatan untuk maju.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran
secar online saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pembelajaran didesain
seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar memalui layar komputer yang
dihubungkan melalui jaringan internet.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran, ada tiga syarat hal yang wajib dipenuhi dalam
merancang e-learning, yaitu
1. Sederhana, sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam
memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang
disediakan, waktu belajar peserta akan lebih efisien.
2. Personal, pengajar / dosen dapat berinteraksi dengan baik dengan mahasiswanya,
seperti layaknya berkomunikasi di depan kelas.Dengan pendekatan dan interaksi
yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuanya, serta dibantu segala
persoalan yang dihadapi.
3. Cepat, layanan yang ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap
keluhan dan kebutuhan peserta didik, sehingga perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola
.

Secara ringkas e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar
secara konvensional, hanya saja dipindahkan kedalam sistem digital melalui internet.
Karena itu e-learning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam
sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai darai perumusan tujuan
operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan motivasi,
menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas , contoh-contoh
konkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan
20 tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait,
antara lain : pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman dan lain-lain.

Keunggulan dan Kekurangan E-Learning
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan
jarak jauh (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara
lain. Pertama, Tersedianya fasilitas e-moderating di mana dosen dan mahasiswa dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja
kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan
waktu. Kedua, Dosen dan mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk
belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. Ketiga, Mahasiswa dapat belajar atau
me-review bahan ajar (mata kuliaha) setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan
mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. Keempat, Bila mahasiswa memerlukan
tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan
akses di internet secara lebih mudah. Kelima, Baik doen maupun mahasiswa dapat
melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang
banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Keenam,
Berubahnya peran mahasiswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Ketujuh, Relatif
lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning
juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997),
antara lain. Pertama, Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa
itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses
belajar dan mengajar. Kedua, Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek
sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga, Proses
belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Keempat,
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional,
kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Kelima,
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. Keenam,
21 Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet. Ketujuh, Kurangnya tenaga yang
mengetahui dan memiliki ketrampilan internet. Kedelapan, Kurangnya penguasaan
bahasa komputer.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan membuat model pembelajaran e-learning mata kuliah
di Jurusan Teknik Elektro FPTK UPI dengan didukung oleh software Moodle. Salah satu
media yang mendukung pembelajaran ini adalah jaringan komputer yang memungkinkan
untuk dikembangkan dalam bentuk web yang berbasis internet.
Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasi-
informasi perkuliahan juga bisa real time. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun
tidak secara langsung tatapmuka, tetapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan.
Sementara itu Program yang diimplementasikan untuk elearning di Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro FPTK UPI ini adalah paket-paket perangkat lunak e-learning dari
Moodle, meskipun masih banyak software yang dapat digunakan untuk mendukung
pembelajaran interaktif dengan e-learning.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah yang
telah dipilih , dalam hal ini adalah mata kuliah Gambar Teknik pada semester ganjil atau
perserta umum yang telah meregistrasi menjadi peserta kuliah mata kuliah tersebut.
Adapun objek dari penelitian ini adalah pembelajaran mata kuliah gambar teknik
dengan menggunakan fasilitas internet atau dikenal dengan pembelajaran elektronik (e-
learning)

3.3. Prosedur Penelitian
Hasil pengujian pembelajaran gambar teknik dengan metode e-learning akan
menghasilkan data-data dan penyajian materi yang lebih simple dan dapat diakses oleh
dosen dan mahasiswa tanpa terkendala oleh jarak dan waktu. Dimanapun mereka berada,
ketika ada komputer yang telah terkoneksi dengan internet, maka mereka dapat
22 memperoleh informasi dan materi yang diperlukan. Adapun langkah untuk menganalisis
data penelitian dapat dilakukan dengan beberapa langkah, diantaranya :
1. Menyiapkan materi bahan ajar : materi dapat disediakan dalam bentuk modul,
adanaya materi dan soal yang disediakan dan hasil pengerjaanya dapat ditampilkan.
Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan mahasiswa mendapatkan apa
yang dibutuhkan.
2. Membuat Komunitas : para mahasiswa dapat mengembangkan komunitas online
untuk memperoleh dukungan dan berbagai informasi yang saling menguntungkan
3. Menyediakan Pengajar online : Para dosen/ pengajar selalu online untuk memberikan
arahan kepada para mahasiswa, menjawab pertanyaan dan membantu dalam diskusi.
4. Kesempatan bekerja sama : adanya perangkat lunak yang dapat mengatur pertemuan
online sehingga proses belajar mengajar dapat dilakukan secara bersamaan atau real
time tanpa kendala jarak.
5. Menggunakan fasilitas Multimedia : penggunaan teknologi audia dan videa dalam
penyampaian materi sehingga menarik minat dalam belajar

3. 4 Tinjauan Terhadap Mata Kuliah Gambar Teknik (PED)
Mata Kuliah Gambar Teknik (PED) ini merupakan mata kuliah wajib dari
perkuliahan pada program Pendidikan Teknik Elektro untuk semua mahasiswa baru .
Selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu mengerti dan memiliki
pengetahuan keterampilan dasar, dalam disain elektrik secara manual maupun
menggunakan software komputer ( Visio, Autocad, Corel Draw ). Adapun materi kuliah
dalam Perancangan Elektrik Dasar meliputi Peralatan Perencanaan dasar elektrik,
Keterempilan dalam membuat : macam-macam huruf dan angka, garis dan
mengaplikasikannya, gambar proyeksi Eropa dan Amerika, Simbol listrik dan
elektronika, Instalasi DC, Dasar Instalasi AC, Disain Instalasi PHB, Dasar Instalasi
Tenaga, Disain Instalasi Rumah Tipe 21, 36, 70, dan Bertingkat. Keterampilan ini
diberikan dalam bentuk manual maupun dalam bentuk software komputer.
Metode yang digunakan pada mata kuliah ini : ceramah, praktikum (manual dan
komputer), diskusi dan pemecahan masalah. Evaluasi dilakukan dengan memberikan
tugas-tugas pada setiap pokok bahasan, dan 2 x ujian (UTS dan UAS).
23
3.5 Aplikasi Moodle sebagai Virtual Learning Environment
Seiring kemajuan teknologi dan perubahan tren serta gaya hidup manusia yang
cenderung bergerak secara dinamis(mobile), kebutuhan akan proses belajar jarak jauh
atau yang biasa disebut dengan teleedukasi semakin meningkat pula. E-learning sebagai
salah satu bagian dari teleedukasi memberikan alternatif cara belajar baru. Murid dan
guru tidak berada dalam ruang dan waktu yang sama. Meskipun demikian, proses belajar
dan mengajar tetap dapat berjalan dalam lingkungan virtual. Oleh karena itu, e-learning
sering disebut juga dengan Virtual Learning Environment (VLE).
Moodle adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah
sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa
untuk masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk mengakses materi-materi
pembelajaran. Dengan menggunakan Moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran,
kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah singkatan dari Modular
Object Oriented Dynamic Learning Environment.
Moodle merupakan sebuah aplikasi Course Management System (CMS) yang
gratis dapat di-download, digunakan ataupun dimodifikasi oleh siapa saja dengan lisensi
secara GNU (General Public License). Anda dapat mendownload aplikasi Moodle di
alamat http://www.moodle.org. yang dikembangkan oleh Martin Dougiamas. Saat ini
Moodle sudah digunakan pada lebih dari 150.000 institusi di lebih dari 160 negara di
dunia.
Beberapa keunggulan dan yang kita dapatkan dari membangun e-learning dengan
menggunakan Moodle:
1. Sederhana, efisien, ringan dan kompatibel dengan banyak browser.
2. Mudah cara instalasinya serta mendukung banyak bahasa, termasuk Indonesia.
3. Tersedianya manajemen situs untuk pengaturan situs keseluruhan, mengubah
theme, menambah module, dan sebagainya.
4. Tersedianya manajemen pengguna.
5. Manajemen kursus, penambahan jenis kur sus, pengurangan, atau pengubahan
kursus.
24 6. Modul Chat, modul pemilihan (polling), modul forum, modul untuk jurnal,
modul untuk kuis, modul untuk survai dan workshop, dan masih banyak lainnya.
7. Free dan open source software.
Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dengan IGOS-nya, Moodle bersifat free
dan open source. Oleh karena itu, Moodle sesuai digunakan di lingkungan pendidikan. Di
samping itu, Moodle bisa dimodifikasi dan disesuaikan dengan kultur yang ada di
Indonesia.


Kebutuhan untuk Instalasi Moodle
Moodle dikembangkan di lingkungan platform LAMP (Linux, Apache, MySQL,
dan PHP) namun telah dites juga dengan data base PostgreSQL. Moodle juga pernah diuji
pada lingkungan Windows XP dan Netware 6. Untuk menjalankan Moodle di Linux
diperlukan:
1. Webserver Apache.
2. PHP versi 4.1.0 ke atas, dengan setting sebagai berikut:
ƒ Dukungan terhadap pustaka GD diaktifkan, mendukung JPG dan PNG.
ƒ Dukungan terhadap pustaka zlib diaktifkan.
ƒ Dukungan terhadap session diaktifkan.
ƒ Dukungan terhadap upload fi le diaktifkan.
ƒ Dukungan terhadap Safe Mode harus dinonaktifkan.
3. Database server MySQL atau Potgre SQL. Versi Moodle selanjutnya juga akan
mendukung software database lainnya.










25 IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis
Program yang diimplementasikan untuk e-learning di Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro FPTK UPI ini adalah paket perangkat lunak e-learning dari Moodle. Moodle
dipilih sebagai software yang mendukung pembelajaran ini dikarenakan program yang o
memiliki kelengkapan modul dan fasilitas.
Perangkat lunak moodle yang memiliki kelengkapan dan kesesuaian untuk
diimplementasikan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI diuji cobakan dalam
penelitian ini. Untuk melakukan instalasi maka terlebih dahulu harus dipersiapkan mesin
yang akan digunakan untuk server. Untuk pengujian ini penulis menggunakan mesin
Pentium IV 500 Mhz, RAM 256 MB, Hardisk 10 GB, dan Sistem Operasi Windows
2003. Selain itu untuk yang lain diinstall pula sistem operasi Windows sebagai bahan
perbandingan. Sebagai web server diinstall Apache dan untuk layanan database
diinstalkan pula MySQL Server.



4.2 Pembahasan

Ujicoba Kelas Virtual
Uji coba ini dilakukan langsung dengan melibatkan mahasiswa. Uji coba
dilakukan pada mata kuliah yang telah ditentukan, dalam penelitian ini dipilih mata
kuliah gambar teknik untuk mahasiswa baru, pada semester ganjil tahun ajuran
2007/2008. Beberapa tampilan hasil uji coba tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah
ini. Dari hasil pengujian pertama, sangat terlihat terutama pada forum diskusi untuk
keterlibatan mahasiswa dalam hal keaktifan untuk saling berinteraksi. Berikut akan
ditampilkan hasil dan pembahasan modul-modul pembelajaran dan pengajaran mata
kuliah Gambar Teknik



26 a.Tampilan Halaman pembuka dan hompage
Halaman pembuka dibuat dengan menggunakan Macromedia-Flash MX Pada halaman
ini terdapat animasi yang bertujuan agar halaman menjadi menarik. Halaman pembuka
memiliki link ke Homepage proyek dan matakuliah. Tampilan homepage dapat dilihat
pada lampiran. Pada home-page gambaran umum model arsitektur juga ditampilkan,
seperti tampak pada gambar .

b. Modul untuk kelas e-learning
Modul kelas riil dibuat dengan menggunakan MS-Powerpoint, sementara Model
praktikum riil berupa dokumen format word atau pdf.
Hasil pengujian tersebut terekam dalam beberapa gambar dibawah ini































Gambar 4.1. Tampilan muka e-learning JPTE FPTK UPI



27





























Gambar 4.2. Tampilan materi kuliah yang dapat diakses atau di download


Dari tampilan pembelajaran gambar teknik dengan e-learning terlihat bahwa
dengan memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dosen dan mahasiswa, mahasiswa
dengan sesama mahasiswa atau dosen dengan sesama dosen dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokol dan pembelanjaran
dengan elektronik ini banyak memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan
computer networks).
Disamping itu dengan penggunaan elearning dan komputer sebagai media
pembelajaran yang menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
28 yang disimpan dikomputer sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja
dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukan.



V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran dengan kelas virtual (e-learning) di Jurusan Teknik Elektro
FPTK UPI memberikan sebuah terobosan baru dibidang pengajaran dan
pembelajaran, karena mampu meminimalkan perbedaan cara mengajar dan
materi, sehingga memberikan standar kulitas pembelajaran yang lebih konsisten
2. Sistem e-Learning adalah mutlak diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan
jaman dengan dukungan Teknologi Informasi dimana semua menuju ke era
digital, baik mekanisme maupun konten.
3. Dari hasil pengujian pembelajaran, seprti pada mata kuliah gambar teknik secara
online dengan metode e-learning yang didukung oleh adanya perangkat lunak
yang dapat mengatur pertemuan online sehingga proses belajar mengajar dapat
dilakukan secara bersamaan atau real time tanpa kendala jarak dan waktu.
4. Pengembangan model pembelajaran elektronik seperti pada mata kuliah gambar
teknik memerlukan keterlibatan berbagai pakar, terutama pakar pendidikan disatu
pihak dan pakar teknologi informasi dipihak lain, sehingga tercipta perpaduan
dan penciptaan inovasi pembelajaran yang lebih simple dan fleksibel.

5.2 Saran
1. Penerapan e-learning pada pembelajaran mata kuliah akhirnya dapat menghemat
biaya pengajaran dan pelatihan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat
besar pada permulaanya, sehingga jika tidak dikelola dengan baik akan
mengakibatkan kerugian yang besar
2. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan
untuk belajar. Kurangnya interaksi antar dosen dengan mahasiswa atau bahkan
29 antar mahasiwa itu sendiri bisa memperlambat terbentuknya budaya atau values
dalam proses belajar dan mengajar.
3. Sarana e-learning ini sangat positif sekali untuk dikembangkan dengan layanan
yang lain seperti media komunikasi dalam format video atau voice.



























30

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Oos M., (2000), Internet : Peluang dan Tantangan Pendidikan Nasional,
Jurnal Teknodik Depdiknas, Jakarta

Baisoetii. (1998). Komputer dan Pendidikan. Yogyakarta
Bloom, S. Benyamin (1956). Taxonomy of Educational Objective The Classification of
Educational Goal.

Daniel, Jos (1986). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful B dan Zain, Aswan. (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.

Green L (1996). Creatives Silde/Tape Programs. Colorado: Libraries Unlimited, Inc.
Littleton.

Hasbullah, (2006) Implementasi E-Learning Dalam Pengembangan Pembelajaran di
Perguruan Tinggi (Proceeding), SNPTE 2006, UNY, Yogyakarta.

Hamalik, Oemar (1986). Media Pendidikan.Bandung : Penerbit Alumni
Horton, William. (2000). Designing Web Based Training, John Wiley & Son Inc. USA.

Hackbarth S. (1996). The Educational Technology Handbook. New Jersey: Educational
Technology Publication, Englewood Cliffs.

Hannafin, M. J., Peck, L. L. (1998). The Design Development and Education of
Instructional Software. New York: Mc. Millan Publ., Co
.
Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for Learning. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Joyce.WeiI M & Showers. B (1992). Models of Teaching. Massachussetts Allyn and
Bacon.

Kamarga, Hanny. (2002). Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses
Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.

Khan, B.H. (1997). Web-Based Instruction. Educational Technology Publications, New
Jersey: Englewood Cliffs.
31
Koran, Jaya Kumar C. (2002), Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan
pembelajaran di Sekolah Malaysia. (8 November 2002).

Mayer, R. E. (2001). Multimedia Learning. USA: Cambride University Press.

Mayer,RE & Moreno R, (2004) Animation as an aid to multimedia learning.
Educational Psychology Review
McManus, T. (1995). Special considerations for designing Internet based education.
Technology and Teacher Education Annual,

Ryann Ellis., (2004), Learning Circuit, e-Learning Trends 2004, http
:/www.learningcircuits.org/2004/nov2004/LC_Trends_2004.htm

Pramono H. (2004). Bilarnanakan Multimedia Menunjang Kualitas Pembelajaran ?
Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran. Jakarta

Romi Satria Wahono, (2003) Strategi Baru Pengelolaan Situs eLearning
Gratis,http://www.ilmukomputer.com.

Syah, Muhibbin. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :
Rosda karya

Soekarwati., (2000), Prospek Pembelajaran Melalui Internet, Makalah Seminar
Teknologi Kependidikan, UT Pustekkom dan IPTPI, Jakarta

Soekartawi, (2003) Prinsip Dasar E-Learning: Teori Dan Aplikasinya Di Indonesia,
Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII/Oktober/2003.

Tafiardi, (2005), Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning, Jurnal
Pendidikan Penabur, Juli 2005, Jakarta.

Utomo, Junaidi. (2001). Dampak Internet Terhadap Pendidikan : Transformasi
atau Evolusi, Seminar Nasional Universitas Atma Jaya Yogyakarta..

Waller, Vaughan and Wilson., (2001), A Definition for E-Learning” in Newsletter of
Open and Distance Learning Quality Control. .
http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html).




32

Tidak ada komentar: