Rabu, 30 Desember 2009

M2 – DBMS 1/9
PROSES PERANCANGAN DATABASE


PENDAHULUAN
Sistem informasi berbasiskan komputer terdiri dari komponen-komponen
berikut ini :
• Database
• Database software
• Aplikasi software
• Hardware komputer termasuk media penyimpanan
• Personal yang menggunakan dan mengembangkan sistem

Database merupakan komponen dasar dari sebuah sistem informasi dan
pengembangan serta penggunaannya sebaiknya dipandang dari perspektif
kebutuhan organisasi yang lebih besar. Oleh karena itu siklus hidup sebuah
sistem informasi organisasi berhubungan dengan siklus hidup sistem
database yang mendukungnya.

Proses perancangan database merupakan bagian dari siklus hidup database
sebagai micro lifecycle.

SIKLUS KEHIDUPAN DATABASE SEBAGAI SIKLUS KEHIDUPAN MIKRO
Seperti telah disebutkan sebelumnya, sebuah sistem database merupakan
komponen dasar sistem informasi organisasi yang lebih besar. Oleh karena
itu siklus hidup aplikasi database berhubungan dengan siklus hidup sistem
informasi. Langkah-langkah siklus hidup aplikasi adalah berikut ini :

M2 – DBMS 2/9


Hal yang penting adalah mengetahui bahwa langkah-langkah siklus hidup
aplikasi database dapat tidak berurutan, tetapi melibatkan beberapa langkah
pengulangan yang biasanya disebut sebagai feedback loop. Sebagai contoh :
masalah-masalah yang ditemui selama perancangan database mungkin
harus mengumpulkan dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan tambahan.
Seperti yang digambarkan terdapat feedback loop diantara langkah-langkah
yang sering terjadi.

Perancangan Database
Pada database yang digunakan oleh single user atau hanya beberapa user
saja,
perancangan database tidak sulit. Tetapi jika ukuran database yang sedang
atau besar (25 - ratusan user yang berisikan jutaan bytes informasi dan
melibatkan ratusan query dan program-program aplikasi, contoh : industri-
industri, asuransi, hotel, travel, dll yang seluruhnya tergantung pada M2 – DBMS 3/9
kesuksesan dari operasi-operasi databasenya), perancangan database
menjadi sangat kompleks. Oleh karena itu para pemakai mengharapkan
penggunaan database yang sedemikian rupa sehingga sistem harus dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan seluruh user tsb.

Tujuan perancangan database :
• untuk memenuhi informasi yang berisikan kebutuhan-kebutuhan user
secara khusus dan aplikasi-aplikasinya.
• memudahkan pengertian struktur informasi
• mendukung kebutuhan-kebutuhan pemrosesan dan beberapa obyek
penampilan (response time, processing time, dan storage space)

Aplikasi database dalam lifecycle
Siklus kehidupan sistem informasi sering disebut macro life cycle, dimana
siklus kehidupan basis data merupakan micro life cycle.

Aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan database sebagai micro life cycle
dan termasuk fase-fasenya sbb :
1. Database planning
Di aktifitas ini akan disusun bagaimana langkah-langkah siklus hidup dapat
direalisasikan secara lebih efisien dan efektif.
2. System definition
Definisi ruang lingkup database (misal : para pemakai, aplikasi-aplikasinya,
dsb.)
3. Design
Pada bagian dari fase ini, perancangan sistem database secara konseptual,
logikal dan fisik dilaksanakan
4. Implementation
Pemrosesan dari penulisan definisi database secara konseptual, eksternal,
dan internal, pembuatan file-file database yang kosong, dan implementasi
aplikasi software.
5. Loading atau Data Conversion
Database ditempatkan baik secara memanggil data secara langsung ataupun
merubah file-file yang ada ke dalam format sistem database dan
memangggilnya kembali.
6. Application Conversion
Beberapa aplikasi software dari suatu sistem sebelumnya dikonversikan ke
suatu
sistem yang baru.
7. Testing dan Validation
Sistem yang baru ditest dan diuji kebenarannya.
8. Operation
Operasi-operasi pada sistem database dan aplikasi-aplikasinya.
9. Monitoring dan Maintenance
Selama fase operasi, sistem secara konstan memonitor dan memelihara
database. Pertambahan dan pengembangan data dan aplikasi-aplikasi
software dapat terjadi. Modifikasi dan pengaturan kembali database mungkin
diperlukan dari waktu ke waktu. M2 – DBMS 4/9
Langkah ke-3 disebut juga perancangan database. Langkah 3, 4, dan 5
merupakan bagian dari fase design dan implementation pada siklus
kehidupan sistem informasi yang besar. Pada umumnya database pada
organisasi menjalani seluruh aktifitas siklus kehidupan di atas. Langkah 5 dan
6 tidak berlaku jika database dan aplikasi-aplikasinya baru.

Proses Perancangan Database
6 Fase proses perancangan database :
1. Pengumpulan data dan analisis
2. Perancangan database secara konseptual
3. Pemilihan DBMS
4. Perancangan database secara logika (data model mapping)
5. Perancangan database secara fisik
6. Implementasi Sistem database.


Secara khusus proses perancangan berisikan 2 aktifitas paralel. Aktifitas yang
pertama melibatkan perancangan dari isi data dan struktur database,
sedangkan aktifitas kedua mengenai perancangan pemrosesan database dan
aplikasi-aplikasi perangkat lunak.
Dua aktifitas ini saling menjalin, misalnya : kita dapat mengidentifikasikan data
item yang akan disimpan dalam database dengan menganalisa aplikasi-
aplikasi database.
Dua aktifitas ini juga saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya : fase
perancangan database secara fisik, pada saat kita memilih struktur M2 – DBMS 5/9
penyimpanan dan jalur-jalur akses dari file-file database yang tergantung
pada aplikasi-aplikasi yang akan menggunakan file-file tsb.

Di lain pihak, kita biasanya menentukan perancangan aplikasi-aplikasi
database dengan mengarah kepada konstruksi skema database yang telah
ditentukan selama aktifitas yang pertama.

6 fase di atas tidak harus diproses berurutan. Pada beberapa hal, rancangan
tsb dapat dimodifikasi dari yang pertama dan sementara itu mengerjakan fase
yang terakhir (feedback loop antara fase) dan feedback loop dalam fase
sering terjadi selama proses perancangan.

Fase 1 merupakan kumpulan informasi yang berhubungan dengan
penggunaan
database. Fase 6 merupakan implementasi databasenya. Fase 1 dan 6
kadang-kadang bukan merupakan bagian dari perancangan database, tetapi
merupakan bagian dari siklus kehidupan sistem informasi secara umum. Inti
dari proses perancangan database adalah fase 2, 4, 5.

Fase 1 : Pengumpulan data dan analisa
Proses identifikasi dan analisa kebutuhan-kebutuhan data disebut
pengumpulan data dan analisa. Untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan
suatu sistem database, pertama-tama harus mengenal bagian-bagian lain dari
sistem informasi yang akan berinteraksi dengan sistem database, termasuk
para pemakai yang ada dan para pemakai yang baru serta aplikasi-
aplikasinya. Kebutuhan-kebutuhan dari para pemakai dan aplikasi inilah yang
kemudian dikumpulkan dan dianalisa.

Aktifitas-aktifitas pengumpulan data dan analisa :
1. Menentukan kelompok pemakai dan bidang-bidang aplikasinya
Menentukan aplikasi utama dan kelompok user yang akan menggunakan
database. Individu utama pada tiap-tiap kelompok pemakai dan bidang
aplikasi yang telah dipilih merupakan peserta utama pada langkah-langkah
berikutnya dari pengumpulan dan spesifikasi data.
2. Peninjauan dokumentasi yang ada
Dokumen yang ada yang berhubungan dengan aplikasi-aplikasi dipelajari dan
dianalisa. Dokumen-dokumen lainnya (seperti : kebijaksanaan-kebijaksanaan,
form, report, dan bagan organisasi) diuji dan ditinjau kembali untuk menguji
apakah dokumen-dokumen tsb berpengaruh terhadap kumpulan data dan
proses spesifikasi.
3. Analisa lingkungan operasi dan pemrosesan data
Informasi yang sekarang dan yang akan datang dipelajari. Termasuk juga
analisa jenis-jenis transaksi dan frekuensi-frekuensi transaksinya dan juga
arus informasi dalam sistem. Input-output data untuk transaksi-transaksi tsb
diperinci.
4. Daftar pertanyaan dan wawancara
Tuliskan tanggapan-tanggapan dari pertanyaan-pertanyaan yang telah
dikumpulkan dari para pemakai database yang berpotensi. Ketua kelompok M2 – DBMS 6/9
(individu utama) dapat diwawancarai sehingga input yang banyak dapat
diterima dari mereka dengan memperhatikan informasi yang berharga dan
mengadakan prioritas.

Fase 2 : Perancangan database secara konseptual
Tujuan dari fase ini adalah menghasilkan conceptual schema untuk database
yang tergantung pada sebuah DBMS yang spesifik. Sering menggunakan
sebuah high-level data model seperti ER/EER model selama fase ini. Dalam
conceptual schema, kita harus memerinci aplikasi-aplikasi database yang
diketahui dan transaksi-transaksi yang mungkin.

Fase perancangan database secara konseptual mempunyai 2 aktifitas paralel
:
1. Perancangan skema konseptual :
menguji kebutuhan-kebutuhan data dari suatu database yang merupakan
hasil dari fase 1, dan menghasilkan sebuah conceptual database schema
pada DBMS independent model data tingkat tinggi seperti EER (enhanced
entity relationship)
model.

Skema ini dapat dihasilkan dengan menggabungkan bermacam-macam
kebutuhan user dan secara langsung membuat skema database atau dengan
merancang skema-skema yang terpisah dari kebutuhan tiap-tiap user dan
kemudian menggabungkan skema-skema tsb. Model data yang digunakan
pada perancangan skema konseptual adalah DBMS-independent, dan
langkah selanjutnya adalah memilih sebuah DBMS untuk melaksanakan
rancangan tsb.

2. Perancangan transaksi :
menguji aplikasi-aplikasi database dimana kebutuhan-kebutuhannya telah
dianalisa pada fase 1, dan menghasilkan perincian transaksi-transaksi ini.
Kegunaan fase ini yang diproses secara paralel bersama fase perancangan
skema konseptual adalah untuk merancang karakteristik dari transaksi-
transaksi database yang telah diketahui pada suatu DBMS-independent.
Transaksi-transaksi ini akan digunakan untuk memproses dan memanipulasi
database suatu saat dimana database tsb dilaksanakan.

Fase 3 : Pemilihan DBMS
Pemilihan database di tentukan oleh beberapa faktor, diantaranya : faktor
teknik,
ekonomi, dan politik organisasi.

Contoh faktor teknik :
keberadaan DBMS dalam menjalankan tugasnya seperti jenis-jenis DBMS
(relational, network, hierarchical, dll), struktur penyimpanan, dan jalur akses
yang mendukung DBMS, pemakai, dll.
M2 – DBMS 7/9
Faktor-faktor ekonomi dan organisasi yang mempengaruhi satu sama lain
dalam
pemilihan DBMS :
1. Struktur data
Jika data yang disimpan dalam database mengikuti struktur hirarki, maka
suatu jenis hirarki dari DBMS harus dipikirkan.
2. Personal yang telah terbiasa dengan suatu sistem
Jika staf programmer dalam suatu organisasi sudah terbiasa dengan suatu
DBMS, maka hal ini dapat mengurangi biaya latihan dan waktu belajar.
3. Tersedianya layanan penjual
Keberadaan fasilitas pelayanan penjual sangat dibutuhkan untuk membantu
memecahkan beberapa masalah sistem.

Fase 4 : Perancangan database secara logika (pemetaan model data)
Fase selanjutnya dari perancangan database adalah membuat sebuah skema
konseptual dan skema eksternal pada model data dari DBMS yang terpilih.
Fase ini dilakukan oleh pemetaan skema konseptual dan skema eksternal
yang dihasilkan pada fase 2. Pada fase ini, skema konseptual
ditransformasikan dari model data tingkat tinggi yang digunakan pada fase 2
ke dalam model data dari DBMS yang dipilih pada fase 3.

Pemetaannya dapat diproses dalam 2 tingkat :
1. Pemetaan system-independent :
pemetaan ke dalam model data DBMS dengan tidak mempertimbangkan
karakteristik atau hal-hal yang khusus yang berlaku pada implementasi DBMS
dari model data tsb.
2. Penyesuaian skema ke DBMS yang spesifik :
mengatur skema yang dihasilkan pada langkah 1 untuk disesuaikan pada
implementasi yang khusus di masa yang akan datang dari suatu model data
yang digunakan pada DBMS yang dipilih.

Hasil dari fase ini memakai perintah-perintah DDL dalam bahasa DBMS yang
dipilih yang menentukan tingkat skema konseptual dan eksternal dari sistem
database. Tetapi dalam beberapa hal, perintah-perintah DDL memasukkan
parameter-parameter rancangan fisik sehingga DDL yang lengkap harus
menunggu sampai fase perancangan database secara fisik telah lengkap.

Fase ini dapat dimulai setelah pemilihan sebuah implementasi model data
sambil
menunggu DBMS yang spesifik yang akan dipilih. Contoh: jika memutuskan
untuk menggunakan beberapa relational DBMS tetapi belum memutuskan
suatu relasi yang utama. Rancangan dari skema eksternal untuk aplikasi-
aplikasi yang spesifik seringkali sudah selesai selama proses ini.

Fase 5 : Perancangan database secara fisik
Perancangan database secara fisik merupakan proses pemilihan struktur-
struktur penyimpanan dan jalur-jalur akses pada file-file database untuk
mencapai penampilan yang terbaik pada bermacam-macam aplikasi. M2 – DBMS 8/9
Selama fase ini, dirancang spesifikasi-spesifikasi untuk database yang
disimpan yang berhubungan dengan struktur-struktur penyimpanan fisik,
penempatan record dan jalur akses. Berhubungan dengan internal schema
(pada istilah 3 level arsitektur DBMS).

Beberapa petunjuk dalam pemilihan perancangan database secara fisik :
1. Response time :
waktu yang telah berlalu dari suatu transaksi database yang diajukan untuk
menjalankan suatu tanggapan. Pengaruh utama pada response time adalah
di bawah pengawasan DBMS yaitu : waktu akses database untuk data item
yang ditunjuk oleh suatu transaksi. Response time juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang tidak berada di bawah pengawasan DBMS, seperti
penjadwalan sistem operasi atau penundaan komunikasi.
2. Space utility :
jumlah ruang penyimpanan yang digunakan oleh file-file database dan
struktur jalur akses.
3. Transaction throughput :
rata-rata jumlah transaksi yang dapat diproses per menit oleh sistem
database, dan merupakan parameter kritis dari sistem transaksi (misal :
digunakan pada pemesanan tempat di pesawat, bank, dll). Hasil dari fase ini
adalah penentuan awal dari struktur penyimpanan dan jalur akses untuk file-
file database.

Fase 6 : Implementasi sistem database
Setelah perancangan secara logika dan secara fisik lengkap, kita dapat
melaksanakan sistem database. Perintah-perintah dalam DDL dan SDL
(storage definition language) dari DBMS yang dipilih, dihimpun dan digunakan
untuk membuat skema database dan file-file database (yang kosong).
Sekarang database tsb dimuat (disatukan) dengan datanya.

Jika data harus dirubah dari sistem komputer sebelumnya, perubahan-
perubahan yang rutin mungkin diperlukan untuk format ulang datanya yang
kemudian dimasukkan ke database yang baru. Transaksi-transaksi database
sekarang harus dilaksanakan oleh para programmer aplikasi.

Spesifikasi secara konseptual diuji dan dihubungkan dengan kode program
dengan perintah-perintah dari embedded DML yang telah ditulis dan diuji.
Suatu saat transaksi tsb telah siap dan data telah dimasukkan ke dalam
database, maka fase perancangan dan implementasi telah selesai, dan
kemudian fase operasional dari sistem database dimulai.

Sebuah sistem database merupakan komponen dasar sistem informasi
organisasi yang lebih besar. Oleh karena itu siklus hidup aplikasi database
berhubungan dengan siklus hidup sistem informasi. Siklus kehidupan sistem
informasi merupakan macro lifecycle sementara itu siklus kehidupan database
merupakan micro lifecycle.
Aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan database sebagai micro life cycle
dan termasuk fase-fasenya diantaranya : system definition, design, M2 – DBMS 9/9
implementation, loading atau data conversion, application conversion, testing
dan validation, operation, monitoring dan maintenance.

Proses perancangan database merupakan bagian dari micro lifecycle.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam proses tersebut
diantaranya : pengumpulan data dan analisis, perancangan database secara
konseptual, pemilihan DBMS, perancangan database secara logika (data
model mapping), perancangan database secara fisik, dan implementasi
sistem database.

DAFTAR PUSTAKA
1. Connoly, Thomas; Begg, Carolyn; Strachan, Anne; Database Systems : A
Practical Approach to Design, Implementation and Management, Addison
Wesley, 1996.
2. Date, C.J.; An Introduction to Database System, Addison Wesley
Publishing
Company, Vol. 1 & Vol. 2, New York, 1990.
3. Elmasri, Ramez; Navathe, Shamkant B.; Fundamentals of Database
Systems, The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc., California,
1989.
4. Mc Fadden, F.; Hoffer, Jeffrey A; Database Management,
Benjamin/Publishing Company Inc., Third Edition, California, 1991.
5. Martin, James; Principles of Database Management, Prentice Hall of
India Private Limited, New Delhi, 1992.

Tidak ada komentar: