63
BAB 8 : ANALISIS DATA VEKTOR
Ruang lingkup analisis SIG bervariasi diantara pengguna SIG. Pengguna SIG dalam bidang
hidrologi akan lebih menekankan pada pentingnya analisis bentang alam (terrain analysis, yg
melibatkan topografi) dan pemodelan hidrologis, sehingga model data yg digunakan adalah raster.
Sedang pengguna SIG bidang pengelolaan marga satwa akan menekankan pada fungsi analitis yg
berkaitan antara lokasi satwa dan relasinya dengan lingkungan, maka model data yg dipakai adalah
vektor.
Model data vektor menggunakan titik-titik dan koordinat x dan y untuk membangun obyek spasial
titik, garis, dan poligon. Sehingga analisis data vektor didasarkan obyek geometrik titik, garis dan
poligon dan akurasi hasil analisis bergantung pada akurasi obyek tersebut dalam hal lokasi dan
bentuk.
8.1 BUFFERING
Berdasarkan pada konsep proximity , buffering memisahkan sebuah peta menjadi dua area : area
yang berada didalam jarak tertentu dari obyek peta yang dipilih, dan area lain yang berada diluar
jarak yang ditentukan tersebut. Area yang berada dalam jarak yang ditentukan tersebut disebut
buffer zone. (Gambar 8.1)
Gambar 8.1 Buffering pada titik, garis dan area
Satu obyek/fitur peta dapat dilakukan lebih dari satu buffering sehingga batas buffer zone lebih dari
satu (bertingkat membentuk ring) (Gamabar 8.2), dan batas buffer zone dapat overlap atau dissolve.
(Gambar 8.3) 64
Gambar 8.2 Buffering dengan empat ring
Gambar 8.3 Buffering overlaped (atas) ,dissolved (bawah)
8.1.1 Aplikasi buffering
Operasi buffering berbeda dengan operasi query data spasial. Buffering akan menghasilkan peta
buffer zone, sedangkan query spasial meskipun dapat menentukan (select) obyek peta yang berada
pada jarak tertentu dari obyek lain (sebagaimana buffering), tetapi tidak menghasilkan peta buffer
zone.
Buffering biasanya dipakai untuk membuat perencanaan atau peraturan suatu wilayah, misal
diantaranya adalah :
- Peraturan pemerintah yang menetapkan operasi pembalakan hutan harus dilakukan minimal
berjarak 2 Km dari sungai untuk meminimalkan sedimentasi.
- Penentuan daerah-daerah banjir sepanjang aliran sungai. 65
dan sebagainya
Daerah didalam buffer zone disebut juga sebagai inclusion zone, dan daerah diluar buffer zone
disebut exclusion zone.
8.2 MAP OVERLAY
Map overlay mengkombinasikan/menggabungkan geometri dan atribut dua obyek peta untuk
menghasilkan satu output. Salah satu dari dua peta tersebut disebut input map dan yang lain disebut
overlay map. Geometri atau data spasial dari output menunjukkan perpotongan (intersection)
geometrik objek peta dari peta input (input maps) dengan peta overlay (overlay maps) (Gambar 8.4)
Input maps maupun overlay maps harus memiliki sistem koordinat yang sama, dan mewakili daerah
yang sama. Dan operasi map overlay hanya dapat dilakukan pada dua peta poligon untuk setiap kali
operasi.
2B
+ =
2B
1
2
AB
1A 1B
2A
Gambar 8.4 Map overlay dengan metode INTERSECT
8.2.1 Tipe objek
Yang pertama kali dipertimbangkan dalam map overlay adalah tipe fitur atau objeknya. Input map
dapat memuat titik, garis, atau poligon, maka ouputnya harus memiliki tipe objek yang sama
dengan inputnya. Oleh karena itu map overlay dapat dikelompokkan berdasarkan tipe objek :
- point-in-polygon
- line-in-polygon
- polygon-on-polygon
Dalam operasi point-in-polygon, obyek titik yang sama didalam input termuat didalam output,
tetapi masing-masing titik diberi atribut dari atribut polygon dimana ia termuat (Gambar 8.5)
66
Gambar 8.5 Point-in-polygon : Input map adalah titik, overlay map adalah polygon, outputnya
adalah titik yg memuat atribut polygon.
Dalam operasi line-in-polygon, output memuat obyek garis yang sama yang juga termuat dalam
input (input map) tetapi masing-masing garis tersebut dipotong oleh batas (boundary) polygon dari
peta yang ditumpangkan (overlay map). Masing-masing segmen pada output menggabungkan
atribut garis dan polygon dimana ia termuat (Gambar 8.6).
Gambar 8.6 Line-in-polygon : input map adalah garis, overlay map adalah polygon, outputnya
adalah garis, tetapi berbeda dari inputnya (satu garis, yaitu garis 1) pada output garis tersebut
terbagi dua segmen yang memuat atribut overlay-nya (polygon A dan B) sehingga menjadi garis 1A
dan 1B.
Operasi yg paling banyak digunakan dalam overlay adalah polygon-on-polygon, yang melibatkan
dua peta polygon. Output menggabungkan batas polygon dari input map dan overlay map untuk
menghasilkan polygon baru, masing-masing polygon baru membawa atribut dari kedua peta
tersebut (input dan overlay map), dan atribut tersebut berbeda dengan atribut polygon didekatnya.
(Gambar. 8.7)
Gambar 8.7 Polygon-on-polygon
+=
2
1
+
+
AB
1A
1B
+
+67
8.2.2 Metode map overlay
Jika input map luasnya sama dengan overlay map, maka luas output juga sama dengan luas tersebut.
Tetapi jika input map mempunyai luas yg berbeda dengan overlay map, maka luas output dapat
bervariasi tergantung pada metode overlay yg digunakan.
Ada 3 metode overlay yang umum dipakai yaitu :
- Union
- intersect
- identity
UNION mempertahankan semua obyek peta dari input map maupun overlay map dengan
menggabungkan luas dari kedua peta tersebut. Operasi logika yg berlaku adalah Boolean, dengan
kata kunci OR : ( input map ) OR ( overlay map ).
Output tergantung luas input map, atau overlay map, atau keduanya. Syarat UNION adalah input
map maupun overlay map berupa polygon. (Gambar 8.8)
Gambar 8.8 Metode UNION
INTERSECT hanya mempertahankan obyek yang berada didalam input map maupun overlay map.
Intersect adalah operasi Boolean yg menggunakan kata kunci AND : (Input map) AND (Overlay
map).
Output merupakan luasan yang merupakan irisan keduanya. Intersect merupakan metode overlay
yang lebih sering dipakai karena obyek peta output memiliki data atribut dari input map maupun
overlay map. (Gambar 8.9). Input map untuk intersect dapat berupa titik, garis atau polygon.
Gambar 8.9 Metode INTERSECT 68
IDENTITY hanya mempertahankan obyek peta yang berada didalam luasan yang ditentukan input
map. Operasi Boolean yang berlaku adalah : [(input map) AND (overlay map)] OR (input map).
Obyek overlay map yang berada diluar luasan input map tidak dimuat dalam output (Gambar 8.10).
Input map untuk identity dapat berupa titik, garis atau polygon.
Gambar 8.10 Metode IDENTITY
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar