Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
PENDEKATAN MODEL REA DALAM
PERANCANGAN DATABASE SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN
Oviliani Yenty Yuliana
Dosen Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi - Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Database yang memenuhi aturan normalisasi diperlukan untuk
menunjang Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terkomputerisasi. Alat yang
biasa digunakan untuk merancang database adalah Entity Relationship
Model (Model E-R). Namun aturan penggambaran diagram tidak begitu
jelas, sehingga mempersulit perancang data untuk membentuk database
yang memenuhi aturan normalisasi. Model REA merupakan
pengembangan dari Model E-R. Model REA menerapkan prinsip give-to-
get, sehingga mempermudah pembentukan model data.
Dalam tulisan ini dibahas Logical dan Physical View data, schema,
Model REA, menyusun diagram REA, tahap-tahap perancangan database
dan peran serta akuntan, serta cara mengimplementasikan Model REA ke
database relasional, khususnya pada siklus pendapatan.
Kata kunci: Database, Model E-R, Model REA, SIA, Siklus Pendapatan
ABSTRACT
Normalization concept in database is necessary in support in the
computerized Accounting Information Systems (AIS). Entity Relationship
Model (E-R Model) is usually used to design database as a common tool.
However the rule of drawing E-R Model diagram is not so clear, therefore
it make difficulty for data designer to construct normalization database.
REA Model is a further development of E-R Model. REA Model using give-
to-get principle that makes more easily to construct data model.
This paper discuss the logical and physical view data, schema, REA
Model, how to construct REA diagram, database design stages and how
accountant participate in database design, as well as how to implement
REA model into relational database specifically for revenue cycle
Keywords: Database, E-R Model, REA Model, AIS, Revenue Cycle
1. PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi komputer dan informasi berdampak pada cara pencatatan
akuntansi tradisional, dimana penyajian informasi keuangan dari SIA manual yangJurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
68
berdasarkan historical cost, dengan adanya teknologi komputer, maka informasi
keuangan dapat disajikan berdasarkan current replacemenrt cost dan market value.
SIA yang terkomputerisasi memungkinkan pemakai laporan keuangan dapat melihat
laporan keuangan setiap saat secara cepat, akurat, dan benar. Dengan bantuan
komputer, data yang dicatat bukan hanya data keuangan saja, melainkan data lain
seperti: data pelanggan dan penjualan. Data non-keuangan dapat dianalisis untuk
menghasilkan informasi non-keuangan yang dapat digunakan untuk mengambil
keputusan strategik dalam mencapai tujuan perusahaan (Santosa 1999:2).
SIA terkomputerisasi dapat menyajikan informasi keuangan dan non-keuangan
dengan mudah karena didukung oleh database. Dengan adanya database, maka data
dapat terintegrasi, duplikasi dapat dikurangi, format data tidak tergantung pada
aplikasi program, memudahkan pemakai data, menyajikan informasi dengan bantuan
bahasa query (Kroenke 2000:13-14). Dalam rangka mengurangi duplikasi/pengulangan
data, ada indikasi untuk meninggalkan model double-entry bookeeping (Romney
2000:161). Hal tersebut merupakan tantangan bagi akuntan untuk memahami
database lebih jauh.
Whitten (2000:133-173) berpendapat bahwa Joint Project Planning (JPP) dan Joint
Requirements Planning (JRP) merupakan strategi yang paling efektif dan tercepat
dalam merancang sistem. JPP merupakan strategi dimana semua stakeholders project
(system owners, users, analysts, designers dan builders) berpartisipasi dalam ruang
kerja project management. Dari JPP dapat ditentukan: lingkup projek, rencana kerja,
sumber, dan anggaran. Sedangkan JRP merupakan teknik yang menggunakan ruang
kerja untuk mempertemukan system owners, users, analysts, designers dan builders
untuk bersama-sama menganalisis sistem.
Whitten (1994:43) mengelompokkan building block-people menjadi beberapa system
users, salah satunya adalah technical and professional staff. Orang yang berada pada
kelompok technical and professional staff memiliki keahlian khusus, misalnya
akuntan. Dengan demikian akuntan berperan dalam perencanaan di atas. Akuntan
tidak hanya berperan dalam perencanaan, tetapi berperan pada keseluruhan
perancangan database. Akuntan berperan dalam perancangan conceptual, external, dan
internal-level schema. Oleh sebab itu akuntan harus memiliki pengetahuan sistem
database yang baik, sehingga dapat berpartisipasi dalam merancang SIA
terkomputerisasi. Partisipasi akuntan yang utama adalah menjamin bahwa
pengawasan memadai diterapkan dalam sistem database, guna menjaga data. Akuntan
juga harus memberi keyakinan bahwa informasi yang dihasilkan dapat dipercaya.
Berdasarkan pengamatan terhadap mahasiswa yang menempuh mata kuliah
Database Manajemen Sistem, yang penulis asuh sejak tahun 1996 di Jurusan
Akuntansi Universitas Kristen Petra, mahasiswa mengalami kesulitan dalam
menggambarkan Diagram Entity-Relationship (ERD). Entity apa yang harus
disertakan, attribute apa yang harus dicantumkan pada masing-masing Entity.
Umumnya mahasiswa menggambarkan ERD seperti pada Gambar 1(A), sebenarnya
penggambaran tersebut tidak terlalu salah, walaupun cukup sulit untuk menghasilkan
database yang memenuhi normalisasi (Yuliana 2001:37). Penulis harus mengilustrasi
seperti pada Gambar 1(B), sehingga mahasiswa dapat menggambarkan ERD seperti
pada Gambar 1(C). Karena mahasiswa akuntansi sudah memahami siklus-siklus
akuntansi, maka ada cara pendekatan lain, yaitu Diagram REA. Pada tulisan ini
diagram REA diterapkan hanya pada siklus pendapatan.Pendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
69
2. PEMBAHASAN
2.1 Database
2.1.1 Logical dan Physical View Data
Logical View menunjukkan bagaimana pemakai dan pemrogram mengatur dan
memahami data secara konsep. Seorang manajer penjualan memahami bahwa semua
informasi tentang seorang pelanggan disimpan dalam satu baris pada tabel pelanggan.
Physical View menunjukkan bagaimana dan dimana data secara fisik disusun dan
disimpan pada disk, tape, CD-ROM, atau media lain. Gambar 2 menunjukkan record
layout dari File Piutang Dagang.
Gambar 1.
Ilustrasi Penggambaran ERD
A. Relationship Tidak Spesifik
CUSTOMER PARTS N:M
B. Model Data Artistik
C. Relationship Spesifik
CUSTOMER ORDER 1:N PARTS N:1
(Sumber: Whitten et al. 1994:307, dimodifikasi)
Pemisahan Logical dan Physical View data mengvasilitasi pengembangan aplikasi.
Sebagai contoh kalau pemrogram diminta untuk membuat laporan kredit yang
menampilkan customer number, credit limit, dan current balance. Dari sudut pandangJurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
70
Logical View data, pemrogram hanya berkonsentrasi pada pembuatan aplikasi secara
logis (apa yang akan dikerjakan oleh program). Pemrogram tidak perlu memperhatikan
bagaimana dan dimana macam-macam data item disimpan dan diakses. Sedangkan
jika ditinjau dari sudut pandang Physical View data, pemrogram harus memahami
lokasi dan panjang field (posisi record 1 sampai dengan 10 untuk customer number)
serta format field (alphanumeric atau numeric). Pemrograman menjadi lebih kompleks
jika data yang dibutuhkan berasal dari beberapa file.
Gambar 3 menunjukkan bagaimana software database management system (DBMS)
mengatur hubungan antara data yang disimpan secara fisik ( physical view) dan cara
pandang logis setiap user (logical view). Jadi DBMS mengatur database sedemikian
rupa, sehingga user dapat mengakses, meminta, atau memperbaharui data tanpa perlu
tahu bagaimana dan dimana data secara fisik disimpan.
Gambar 2.
Susunan Record File Piutang Dagang
Customer
number
A
1 10
Customer
name
A
11
30
Address
A
31
60
Credit
limit
N
61 68
Balance
N
69 76
A = alphanumeric field N = numeric field
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:144)
Gambar 3.
Fungsi DBMS untuk Menunjang Bermacam-macam Gambaran Data LogisPendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
71
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:145)
Pemisahan Logical dan Physical View data juga memberi keuntungan bagi user,
dimana user dapat mengubah konsepnya tentang relationship diantara data item
(memandang pekerjaan secara logis) tanpa mengubah datanya yang disimpan secara
fisik. Pemisahan tersebut menunjukkan program-data independence.
2.1.2 Schema
Schema adalah gambaran struktur logis suatu database. Terdapat 3 tingkatan
schema: conceptual, external, dan internal. Gambar 4 menunjukkan hubungan antar
ketiga tingkatan tersebut. Conceptual-level schema adalah suatu cara pandang
perusahaan yang menyeluruh terhadap database. Conceptual-level schema terdiri dari
daftar semua elemen data dan hubungan diantaranya. External-level schema adalah
kumpulan pandangan dari pemakai perorangan terhadap bagian database, dimana
masing-masing bagian disebut dengan subschema. Internal-level schema adalah
gambaran database tingkat bawah. Internal-level schema menggambarkan bagaimana
sebenarnya data disimpan dan diakses, meliputi: informasi pointer, index, panjang
record, dan sebagainya. Untuk menunjukkan pemetaan hubungan antar schema setiap
tingkatan dihubungkan dengan panah dua arah. DBMS menggunakan pemetaan ini
untuk menterjemahkan permintaan data dari pemakai melalui aplikasi program ke
dalam pointer, index, dan pengaksesan data secara fisik.
Gambar 4.
Tiga Tingkat SchemasJurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
72
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:146)
Perbedaan antara conceptual dan external-level schema dapat dilihat pada siklus
pendapatan. Conceptual schema database siklus pendapatan berisi informasi tentang
pelanggan, penjualan, penerimaan kas, staff penjualan, kas, dan sediaan. Sedangkan
external level berisi sejumlah subschema yang dapat diperoleh dari conceptual schema.
Subschema dibuat sesuai dengan kebutuhan pemakai atau aplikasi program. Setiap
subschema yang dirancang tidak boleh mengakses pada bagian database yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan pemakai. Sebagai contoh external-level subschema
untuk staff yang memasukkan pesanan penjualan menyajikan informasi tentang batas
kredit pelanggan, saldo saat ini, jumlah persediaan, dan harga. Tetapi tidak
menyertakan informasi tentang biaya persediaan atau saldo bank perusahaan saat ini.
External-level subschema untuk staf pengiriman menyertakan informasi alamat
pelanggan, tetapi tidak menyertakan informasi tentang batas kredit pelanggan atau
gaji pegawai.
2.2 Model Entity Relationship (Model E-R)
Kroenke (2000:47) berpendapat bahwa model data digunakan untuk men-
dokumentasi kebutuhan user dan kebijakan perusahaan dalam rangka merancang
database secara logis dengan menggunakan model E-R atau Semantic-Object. Model
data ditunjukkan pada Gambar 5, dimana model data tersebut harus menunjang
Logical dan Physical View data pemakai. Pemodelan data merupakan tugas yang
paling penting dalam pembuatan aplikasi database. Pemodelan data yang salah akan
berakibat perangkapan data dan database akan sulit untuk digunakan atau
dikembangkan. Romney (2000:183) berpendapat bahwa pemodelan data dilakukan pada
tahap Requirement Analysis dan Design dalam proses perancangan database.
Model E-R diperkenalkan oleh Peter Chen pada tahun 1976 dan digunakan serta
dikembangkan oleh Kroenke. Model E-R didokumentasikan dengan E-R diagram (ERD)
(Kroenke,2000:59). Contoh ERD dapat dilihat pada Gambar 6, sedangkan elemen-
elemen ERD dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 5.
Penggunaan Model Data Berbeda untuk Merancang Database
(Sumber: Kroenke 2000:74)Pendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
73
Gambar 6.
Contoh Entity Relationship Diagram
Sales Cash Collections N:M
#Invoice
Date
Amount
Time
Date
Amount
#Remittance
(Sumber: olahan penulis)
Tabel 1.
Elemen-elemen ERD
Nama Elemen Simbol Keterangan
Entity
· Kumpulan person, place, object, event,
atau concept yang perlu dicatat dan
disimpan datanya (Whitten et al
2000:260).
· Nama entity ditulis menggunakan huruf
besar semua, dicantumkan dalam
simbol.
Attribute/Property
· Deskriptif sifat atau karakteristik entity
(Whitten et al 2000:261).
· Nama attribute ditulis menggunakan
campuran huruf besar dan kecil. Huruf
diawal kata menggunakan huruf besar,
dicantumkan dalam simbol.
Relationship
· Hubungan bisnis alamiah antara satu
atau lebih entity. Relationship mungkin
mewakili peristiwa yang
menghubungkan entity atau hanya
pertalian logis antara entity (Whitten et
al 2000:264).
· Dalam simbol tersebut dicantumkan
maksimum cardinality.
(Sumber: olahan penulis)
Baik entity maupun relationship sama-sama dapat memiliki attribute. Attribute
yang digunakan untuk mengidentifikasi entity disebut dengan Identifier. Identifier bisa
unik (contoh: NomorIndukPegawai) dan tidak unik (contoh: NamaPegawai). Identifier
NAMA
ENTITY
NamaAttribute
N:MJurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
74
yang unik disebut dengan primary key. Cara penulisan attribute primary key diawali
“#” pada nama attribute atau dipertebal, contoh: #NomorIndukPegawai atau Nomor
Induk Pegawai. Jika dalam relation tidak ada attribute yang dapat digunakan sebagai
identifier yang unik, maka gabungan 2 attribute atau lebih dapat digunakan untuk
membentuk identifier yang unik. Gabungan attribute disebut dengan composite
identifier. Composite identifier dapat mengakibatkan perangkapan data. Untuk
menghindari perangkapan yang berlebihan, dengan menambah satu attribute dengan
tipe data autonumber. Attribute tersebut disebut dengan surrogate key (Kroenke,
2000:241-242). Selain itu ada foreign key yang merupakan attribute dari suatu entity
yang menjadi primary key dari entity lain. Cara penulisan attribute foreign key ditulis
miring atau diberi garis bawah yang putus-putus, contoh: NomorIndukPegawai atau
Nomor Induk Pegawai.
Cardinality relationship menunjukkan berapa banyak kejadian pada suatu entity
dalam relationship yang dapat dihubungkan dengan satu kejadian dari entity lain
dalam relationship. Cardinality sering dinyatakan sebagai pasangan bilangan (X:Y). X
menyatakan minimum cardinality relationship dan Y menyatakan maximum
cardinality.
Minimum cardinality relationship menunjukkan jumlah baris yang paling sedikit
dalam relationship. Minimum cardinality bisa 0 atau 1. Minimum cardinality 0
maksudnya setiap baris dalam tabel tidak perlu dihubungkan ke beberapa baris pada
tabel lain. Minimum cardinality 1 menunjukkan bahwa setiap baris dalam tabel
tersebut harus dihubungkan dengan paling sedikit satu baris dari tabel lain.
Maximum cardinality relationship menunjukkan jumlah baris terbanyak dalam
relationship. Maximum cardinality bisa 1 atau N, simbol tersebut menunjukkan setiap
baris dalam tabel dapat dihubungkan dengan beberapa baris pada tabel lain. Maximum
cardinality 1 menunjukkan bahwa satu baris dari tabel dapat dihubungkan ke paling
banyak satu baris dari tabel lain. Maximum cardinality N menunjukkan bahwa satu
baris dari tabel dapat dihubungkan dengan lebih dari satu baris dari tabel lain.
Tipe relationship tergantung pada maximum cardinality yang menghubungkan
setiap entity, ada tiga tipe relationship:
1. Relationship one-to-one (1:1) pada saat maximum cardinality setiap entity adalah
1.
2. Relationship one-to-many (1:N) pada saat maximum cardinality dari satu entity
adalah 1 dan maximum cardinality dari entity lain adalah N.
3. Relationship many-to-many (N:M) pada saat maximum cardinality kedua entity
adalah N.
Gambar 7 memperlihatkan berbagai cara pemodelan relationship antara sales dan
cash collection event. Gambar 7(A) menggambarkan relationship 1:1. Setiap sales event
(baris dalam tabel sales) dihubungkan ke paling banyak satu cash collection event. Hal
tersebut menunjukkan suatu kebijaksanaan bahwa pelanggan tidak diijinkan untuk
membayar secara angsuran. Gambar 7(A) juga menunjukkan bahwa setiap cash
collection event dihubungkan ke paling banyak satu sales event. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pelanggan harus membayar untuk setiap transaksi, tetapi tidak
boleh secara sekaligus untuk beberapa transaksi.Pendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
75
Gambar 7.
Kemungkinan Cardinality Relationship Sales-Cash Collection
A. Relationship 1:1
Sales Cash Collections Pays for
(0,1) (1,1)
B. Relationship N:1 antara Sales dan Cash Collection
Sales Cash Collections Pays for
(0,N) (1,1)
C. Relationship 1:N antara Cash Collection dan Sales
Sales Cash Collections Pays for
(0,1) (1,N)
D. Relationship N:M
Sales Cash Collections Pays for
(0,N) (1,N)
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:191)
Minimum cardinality relationship antara sales dan cash collection event dapat
memodelkan penjualan tunai atau kredit. Minimum cardinality 1 di sebelah sales event
menunjukkan bahwa semua penjualan adalah tunai. Pada Gambar 7(A) minimum
cardinality di sebelah sales event adalah 0. Hal tersebut menunjukkan penjualan tunai,
tetapi diberi kebijaksanaan untuk penjualan kredit (penjualan yang dilakukan
mungkin tidak dihubungkan ke cash collection event).
Gambar 7(B) dan 7(C) menunjukkan dua cara untuk menyatakan relationship 1:N.
Gambar 7(B) menunjukkan bahwa setiap sales event dihubungkan ke banyak cash
collections event, tetapi setiap cash collection event dihubungkan ke paling banyak satu
sales event. Hal tersebut menunjukkan kemungkinan pelanggan membayar secara
angsuran (tetapi bisa juga membayar secara tunai), tetapi setiap sales event harus
dibayar masing-masing, tidak boleh secara sekaligus. Sedangkan Gambar 7(C),
menunjukkan bahwa setiap sales event dapat dihubungkan dengan paling banyak satu
cash collection event, tetapi setiap cash collection event mungkin dihubungkan ke
banyak sales event berbeda. Hal tersebut menunjukkan kebijaksanaan pelanggan
diijinkan untuk membayar secara sekaligus setiap bulan untuk semua pembelian yang
dilakukan selama satu bulan, tetapi tidak diijinkan membayar secara angsuran.
Gambar 7(D) menunjukkan relationship N:M antara sales dan cash collections
events: setiap sales event mungkin dihubungkan ke satu atau lebih cash collections
events, dan setiap cash collection event mungkin dihubungkan ke satu atau lebih sales
event. Hal tersebut menunjukkan keadaan dimana perusahaan melakukan beberapa
penjualan tunai dengan pembayaran angsuran, dan juga mengijinkan pelanggan
membayar lebih dari satu transaksi penjualan secara sekaligus.Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
76
2.3 Model REA
Model REA adalah suatu alat pemodelan konseptual yang khusus dirancang untuk
melengkapi struktur dalam perancangan database SIA. Dalam model REA ditentukan:
entity apa yang harus disertakan dalam database SIA dan bagaimana susunan
relationship antara entity dalam database SIA.
Tipe entity dalam model REA dibedakan dalam tiga kategori, yaitu: Resources,
Events, dan Agents. Resources didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki nilai
ekonomis bagi organisasi tersebut. Contoh resources adalah kas, inventaris, peralatan,
persediaan, gudang, pabrik, dan tanah. Events menunjukkan aktivitas-aktivitas bisnis,
dimana manajemen ingin mengumpulkan informasi untuk tujuan perencanaan atau
pengawasan. Sebagai contoh, aktivitas penjualan akan mengurangi persediaan dan
aktivitas penerimaan kas akan menambah jumlah kas. SIA harus dirancang untuk
memperoleh dan menyimpan informasi aktivitas tersebut. Sedangkan Agents adalah
orang dan organisasi yang berpartisipasi dalam aktivitas dan kepada siapa informasi
diserahkan untuk tujuan perencanaan, pengawasan, dan pengevaluasian. Contoh agent
adalah pengawai, pelanggan, dan pemasok.
Model REA dapat dilihat pada Gambar 8. Setiap entity event dihubungkan dengan
entity resources yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung. Setiap entity
event juga dihubungkan dengan dua entity agent. Internal agent adalah pegawai yang
bertanggung jawab pada resources yang terlibat dalam event. Sedangkan external
agent adalah pihak luar yang berhubungan dengan transaksi. Gambar 7 menunjukkan
event yang mengubah jumlah resource dihubungkan dengan relationship give-to-get ke
event lain yang juga mengubah jumlah resources. Relationship give-to-get
mencerminkan prinsip dasar bisnis, dimana organisasi yang menggunakan resources
dalam aktivitas diharapkan dapat mengubah resource yang lain. Setiap siklus
akuntansi dapat digambarkan dalam relationship give-to-get seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 9.
Gambar 8.
Model REA
Resource A Get
Resource A In flow
Resource B Give up
Resource B Outflow
Economic
duality
Participates in
Participates in
Participates in
Participates in
Internal Agent
External Agent
Internal Agent
External Agent
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:184)Pendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
77
Gambar 9.
Sistem dan Sub Sistem SIA
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:185)
2.3.1 Menyusun Diagram REA
Dalam rangka menyusun diagram REA diperlukan informasi tentang: resource,
aktivitas bisnis, agent dan kebijaksanaan perusahaan. Informasi tersebut dapat
diperoleh dengan mewawancarai pihak manajemen. Karena aktivitas perencanaan,
pengawasan, dan pengevaluasian yang ditangani manajemen untuk setiap perusahaan
berbeda. Untuk menggambarkan diagram REA, kertas dibagi tiga kolom, satu kolom
untuk setiap entity. Gunakan kolom kiri untuk resource, kolom tengah untuk event,
dan kolom kanan untuk agent. Penggambaran event sebaiknya diurutkan dari atas ke
bawah berdasarkan urutan aktivitas. Langkah-langkah untuk menyusun diagram REA
suatu siklus transaksi adalah:
a. Tentukan pasangan aktivitas yang saling memberi dalam siklus tersebut.
Seperti tampak dalam Gambar 8, model REA terdiri dari sepasang event, satu
menambah resource dan yang lain mengurangi resource. Tentukan event-event
bisnis yang perlu dimodelkan dalam siklus tersebut.
b. Tentukan resource yang dipengaruhi oleh event dan agent yang berpartisipasi pada
event tersebut.
Setelah event ditentukan, resource yang dipengaruhi oleh event tersebut ditentukan.
Resource digambarkan pada kolom resource. Kemudian gambarkan relationshipJurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
78
antara entity resource dengan entity event. Langkah selanjutnya menentukan agent
yang berpartisipasi dalam event. Akan selalu terdapat paling sedikit satu internal
agent dan external agent yang terlibat dalam event. Gambarkan relationship untuk
menunjukkan agent mana yang berpartisipasi dalam event tertentu. Sedapat
mungkin penggambaran agent tidak ganda.
c. Tetapkan cardinality untuk setiap relationship.
Cardinality yang ditentukan harus mencerminkan perusahaan dan praktek bisnis
yang dimodelkan.
2.3.2 Mengimplementasikan Diagram REA pada Database Relational
Setelah diagram REA selesai disusun, diagram REA dapat digunakan untuk
merancang struktur database relational yang baik. Struktur database relational yang
baik memenuhi aturan normalisasi, sehingga tidak ditemukan masalah anomaly
update, insert, dan delete. Untuk mengimplementasikan diagram REA kedalam
database relational dibutuhkan tiga langkah berikut:
a. Buat tabel untuk setiap Entity dan Relationship N:M
Database relational yang memenuhi aturan normalisasi memiliki satu tabel untuk
setiap entity dan setiap relationship N:M. Nama setiap tabel harus sama dengan
nama entity yang diwakilinya. Nama tabel untuk relationship N:M merupakan
gabungan dari dua nama entity yang dihubungkan.
b. Menentukan Attribute untuk Setiap Tabel
Langkah selanjutnya adalah menentukan attribute-atribute yang harus
dicantumkan pada setiap tabel. Setiap tabel harus memiliki primary key yang
membuat unik baris dalam tabel. Primary key untuk tabel relationship N:M berisi
minimal dua attribute, masing-masing mewakili primary key untuk setiap entity
yang dihubungkan dalam relationship tersebut. Sedangkan attribute-attribute lain
yang bukan primary key harus memenuhi aturan:
· Setiap attribute dalam suatu tabel harus memiliki nilai tunggal.
· Setiap attribute dalam suatu tabel harus menggambarkan karakteristik dari
objek yang diwakili oleh primary key, atau attribute tersebut bisa juga berupa
foreign key.
c. Mengimplementasikan Relationship 1:1 dan 1:N
Relationship 1:1 dan 1:N dapat diimplementasikan dengan foreign key. Sebagai
contoh attribute Nomor Pelanggan adalah primary key tabel PELANGGAN,
dimasukkan sebagai attribute pada tabel PENJUALAN, attribute ini dinyatakan
sebagai foreign key pada tabel PENJUALAN.
Dalam database relational, relationship 1:1 dapat diimplementasikan dengan
memasukkan primary key suatu entity sebagai foreign key pada entity lain. Untuk
tujuan normalisasi pemilihan tabel yang menempatkan foreign key tidak ada
ketentuan. Minimum cardinality relationship dapat digunakan untuk menentukan
mana yang lebih efisien.
Relationship 1:1 antara sales dan cash collection yang digambarkan pada Gambar
6(A), minimum cardinality sales event adalah 0, menunjukkan penjualan kredit.
Sedangkan minimum cardinality cash collection event adalah 1, menunjukkan cash
collection hanya terjadi setelah penjualan dilakukan (contoh menunjukkan tidak
adanya uang muka). Untuk masalah tersebut memasukkan nomor invoice sebagaiPendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
79
foreign key dalam cash collection event akan lebih effisien, karena hanya satu tabel
yang diakses dan diperbaharui pada pemrosesan data cash collection event. Selain
itu relationship 1:1 antara dua event yang berhubungan, menyertakan primary key
event yang terjadi lebih dahulu sebagai foreign key pada event yang terjadi
berikutnya. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan internal control.
Relationship 1:N diimplementasikan dalam database relational dengan
menempatkan foreign key. Untuk masalah ini primary key dari entity yang
berperan 1 dalam relationship tampak sebagai foreign key pada entity yang berperan
banyak dalam relationship.
2.3.3 Manfaat Diagram REA
Diagram REA digunakan sebagai dokumentasi pelengkap, yang berguna untuk
mendokumentasi pembentukan advanced SIA. Diagram REA menyediakan dua
informasi database SIA, yang tidak ditunjukkan oleh bentuk dokumentasi lain.
Informasi yang disajikan oleh diagram REA adalah relationship antara data dan
praktek bisnis perusahaan. Diagram REA secara tegas menggambarkan relationship
antara bermacam-macam data item yang disimpan dalam database akuntansi.
Cardinality diagram REA menyajikan informasi yang berguna untuk
menggambarkan prinsip dan kebijaksanaan perusahaan yang dimodelkan.
Menaksirkan dengan benar cardinality diagram REA membutuhkan pemahaman
secara tepat yang menunjukkan kejadian setiap entity. Setiap kejadian dari entity
agent menunjukkan orang atau organisasi tertentu. Hal yang sama setiap kejadian
suatu entity event menunjukkan aktivitas atau transaksi bisnis spesifik.
2.4 Perancangan DatabaseJurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
80
Perancangan dan pengoperasian database meliputi enam tahap berikut: planning,
requirements analysis, design, coding, implementation, serta operation and
maintenance. Akuntan berperan pada perancangan database. Dalam tahap
perencanaan, akuntan menyediakan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kelayakan proyek yang diusulkan dan berpartisipasi membuat keputusan. Dalam tahap
requirement analysis dan design, akuntan berpartisipasi dalam menentukan informasi
yang dibutuhkan oleh pemakai, membangun logical schema, merancang data
dictionary, dan menentukan pengawasan. Akuntan dengan keahlian SIA yang baik
dapat berpartisipasi pada tahap coding. Selama tahap implementasi, akuntan berperan
mengujicoba keakuratan database dan aplikasi program yang akan menggunakan data
tersebut. Akuntan menggunakan sistem database untuk memproses transaksi, kadang
kala akuntan membantu mengatur sistem database.
Tahap planning menentukan kebutuhan dan kelayakan pengembangan sistem
database baru. Sasarannya adalah menentukan apakah sistem yang diusulkan layak
secara teknologi dan ekonomi. Sedangkan pada tahap requirements analysis
menentukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai, lingkup sistem database yang
diusulkan, dan menetapkan kebutuhan hardware dan software awal. Data tentang
kebutuhan pemakai dikumpulkan dengan metode wawancara atau daftar pertanyaan.
Setelah kebutuhan pemakaian dan lingkup sistem database baru ditentukan, informasi
tentang jumlah pemakai dan volume transaksi yang diharapkan dapat digunakan
untuk menentukan kebutuhan hardware dan software awal.
Setelah struktur database dibangun. Tahap design dibagi kedalam tiga langkah:
a. Conceptual design, menterjemahkan kebutuhan data pemakai yang berbeda ke
dalam model database konsep. Perancangan lebih mudah jika membagi rancangan
berdasarkan siklus akuntansi (revenue, expenditure, production, payroll, dan
general ledger). Sebagai contoh skema siklus pendapatan meliputi semua data yang
berhubungan dengan sales order processing, shipping, billing dan account
receivable, serta cash collection.
b. Logical design, memilih tipe DBMS yang akan digunakan untuk menterjemahkan
model konseptual ke dalam model DBMS yang dipilih.
c. Physical design, menterjemahkan logical schema kedalam model yang
mendeskripsikan struktur fisik dan metode akses yang digunakan untuk
mengimplementasikan sistem menggunakan paket DBMS tertentu. Pada langkah
ini dihasilkan physical schema dan data dictionary.
Pada tahap coding diterjemahkan physical schema ke dalam struktur database.
Selama tahap coding dipertimbangkan perancangan alternatif. Sangat disayangkan
tidak setiap tujuan dapat maksimal, dibutuhkan uji coba. Sebagai contoh cost-
effectiveness sering berbenturan dengan flexibility dan accessibility. Perancang
database mencoba untuk mencapai kemungkinan terbaik dalam menyeimbangkan
tujuan.
Tahap implementation mencakup semua aktivitas yang berhubungan dengan
perolehan untuk sistem database baru. Meliputi uji coba sistem baru, memindahkan
data dari file yang ada ke database yang baru, dan melatih pegawai tentang pengunaan
sistem baru.
Tahap yang terakhir adalah operation and maintenance meliputi semua aktivitas
yang berhubungan dengan pengoperasian dan pemeliharaan sistem baru. MemantauPendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
81
kinerja sistem baru dan kepuasan pemakai untuk menentukan apakah sistem perlu
dikembangkan atau tidak.
2.5 Penerapan Diagram REA pada Siklus pendapatan
2.5.1 Aktivitas Bisnis Siklus pendapatan
Satu-satunya tujuan SIA dalam siklus pendapatan adalah untuk menunjang
pelaksanaan aktivitas-aktivitas bisnis dengan pemrosesan transaksi data secara efektif.
Gambar 10 menunjukkan empat aktivitas bisnis siklus pendapatan berikut: sales order
entry, shipping, billing, dan cash collections. Kemajuan teknologi informasi
memungkinkan beberapa aktivitas tersebut dilaksanakan secara bersamaan.
Aktivitas pertama pada siklus pendapatan adalah sales order entry. Pada aktivitas
sales order entry customer orders dikumpulkan dan diproses oleh salesperson. Agar
salesperson dapat memutuskan customer orders diterima atau ditolak diperlukan
informasi persediaan yang dimiliki dan status kredit. Salesperson dapat melihat
informasi persediaan yang dimiliki dari file inventory. Sedangkan informasi status
kredit pelanggan dapat dilihat pada file customer. Jika customer orders diterima, maka
salesperson mencatat customer orders pada file sales orders. Keputusan yang
menyangkut kebijaksanaan kredit dalam menyetujui kredit untuk pelanggan baru atau
mengubah batas kredit pelanggan lama dilakukan oleh manajer kredit. Hal tersebut
menunjukkan pemisahan kewajiban otorisasi dan pencatatan. Aktivitas sales order
entry secara rinci dapat dilihat pada Gambar 11, meliputi tiga aktivitas berikut:
responding to customer inquiries, checking and approving customer credit, dan
checking inventory availability.
Pada aktivitas responding to customer inquiries salesperson menanggapi
permintaan pelanggan yang berhubungan dengan jumlah persediaan dan harga (dapat
dilihat pada file inventory) serta status pesanan (dari file sales order). Sedangkan
permintaan yang berhubungan dengan current account balances dapat dijawab
berdasarkan informasi yang diperoleh dari file customer.
Aktivitas checking and approving customer credit memutuskan apakah penjualan
boleh dilakukan secara kredit. Salesperson memutuskan persetujuan kredit
berdasarkan account balance maksimum yang diijinkan untuk pelanggan tersebut.
Account balance ditentukan berdasarkan sejarah kredit dan kemampuan bayar masa
lalu. Persetujuan kredit pelanggan dilakukan dengan memeriksa file customer.
Bandingkan jumlah batas kredit pelanggan dengan jumlah order ditambah dengan
jumlah account balance current, jika jumlah tidak melampaui batas kredit pelanggan.
Sedangkan jika permintaan kredit pelanggan melebihi batas yang sudah ditentukan,
maka persetujuan kredit dilakukan oleh manajer kredit. Jika permintaan ditolak,
maka salesperson harus memberi informasi kepada customer.
Aktivitas checking inventory availability memeriksa jumlah persediaan yang
dimiliki dari file inventory. Jika jumlah persediaan tidak mencukupi jumlah
permintaan, maka dibuat back order untuk bagian pembelian. Salesperson membuat
sales orders dan menginformasikan tanggal pengiriman barang. Sales orders
mengakibatkan aktivitas shipping (berdasarkan packing slip), billing, dan bagian
gudang menyiapkan barang (berdasarkan picking ticket).
Aktivitas kedua pada siklus pendapatan adalah shipping. Pada aktivitas ini pesananJurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
82
pelanggan dipenuhi dan dikirim. Warehouse clerk yang bertanggung jawab memenuhi
pesanan pelanggan berdasarkan picking ticket. Departemen pengiriman (carrier)
bertanggung jawab mengirim pesanan kepada pelanggan berdasarkan packing slip.
Aktivitas ketiga pada siklus pendapatan adalah billing, meliputi aktivitas
pembuatan faktur dan memelihara piutang pelanggan. Aktivitas ini dikerjakan oleh
departement billing/account receivable.
Aktivitas terakhir yang dilakukan dalam siklus pendapatan adalah cash collection.
Yang berpartisipasi dalam aktivitas ini adalah cashier dan bagian accounts receivable.
Kasir menangani pembayaran pelanggan dan menyetor ke bank. Sedangkan bagian
accounts receivable mengkredit piutang pelanggan atas pembayaran yang diterima.
Gambar 10.
Data Flow Diagram Siklus Pendapatan Tingkat 0Pendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
83
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:417)
2.5.2 Informasi yang Dibutuhkan pada Siklus Pendapatan dan Model Data
Fungsi SIA adalah menyediakan informasi yang berguna untuk membuat
keputusan. SIA harus menyediakan informasi operasional yang dibutuhkan untuk
melakukan aktivitas sebagai berikut:
· Menanggapi permintaan pelanggan tentang saldo rekening dan status pesanan.
· Memutuskan apakah kredit pelanggan tertentu perlu diperbesar.
· Memutuskan persediaan mencukupi.
· Memutuskan syarat-syarat kredit yang ditawarkan.
· Menetapkan harga produk atau jasa.
· Menetapkan kebijaksanaan berkenaan dengan pengembalian penjualan dan
garansi.
· Memilih metode pengiriman barang dagang.
Gambar 11.
Data Flow Diagram: Memasukkan Pesanan Penjualan Tingkat 1Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
84
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:418)
Sebagai tambahan SIA sebaiknya menyediakan informasi strategi dan evaluasi
pelaksanaan:
· Waktu yang dibutuhkan untuk menangani permintaan pelanggan.
· Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi dan menyerahkan pesanan.
· Persentase penjualan yang memerlukan back order.
· Kepuasan pelanggan.
· Menganalisis pengaruh pasar dan kecenderungan penjualan.
· Analisis keuntungan berdasarkan produk, pelanggan, dan wilayah penjualan.
· Volume pejualan dalam dolar dan jumlah pelanggan.
· Keberhasilan iklan dan promosi.
· Kinerja staff penjualan.
· Piutang tidak tertagih dan kebijaksanaan kredit.
· Diharapkan penerimaan kas dan pinjaman jangka pendek.
Informasi keuangan dan operasional dibutuhkan untuk mengatur dan mengevaluasi
aktivitas siklus pendapatan. Dengan adanya sistem database, sudah saatnya
merancang kembali SIA yang mampu menggumpulkan dan menyimpan data transaksi
keuangan dan operasional pada siklus pendapatan. Dari aktivitas bisnis siklus
pendapatan dari Gambar 10 dan 11 diperoleh informasi:
· Dua resources: cash dan inventory
· Empat bisnis event: take customer order, fill customer order, ship goods, dan collect
cash.
· External agent: customer dan carrier. Sedangkan internal agent adalah salesperson,
warehouse clerk, shipping clerk, dan cashier. Diagram REA siklus pendapatan dapat
dilihat pada Gambar 12.Pendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
85
Gambar 12.
Diagram REA Siklus Pendapatan
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:448)
Diagram REA pada Gambar 12 terdiri dari dua belas entity dan empat relationship
N:M (relationship Inventory dan Take customer order, relationship Inventory dan Fill
customer order, relationship Inventory dan Ship goods, serta relationship Take
customer order dan Fill customer order). Untuk mengimplementasikan diagram REA
ke database relational masing-masing entity dan relationship N:M dijadikan tabel,
sehingga terbentuk enam belas tabel. Diharapkan tabel yang dihasilkan dapat
memenuhi aturan normalisasi.
Langkah selanjutnya mencantumkan attribut pada masing-masing tabel, tentukan
attribute primary key untuk setiap tabel. Pada Tabel 2 attribute primary key dicetak
dengan huruf tebal, sebagai contoh tabel Inventory, attribute primary key-nya adalah
Product number. Sedangkan untuk tabel yang mewakili relationship N:M, misal tabel
Inventory-Order, primary key merupakan gabungan dari primary key tabel yang
dihubungkan. Jadi primary key tabel Inventory-Order adalah Product number dan
sales order number (primary key tabel Order).
Langkah terakhir adalah mengimplementasikan relationship 1:1 dan 1:N dengan
attribute foreign key. Pada Tabel 2 foreign key ditulis menggunakan huruf miring.Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
86
Mengimplementasikan relationship 1:1 antara entity Ship goods dan Collect cash
dengan cara menempatkan attribute Invoice number (sebagai primary key entity Ship
goods) pada tabel Collect cash (sebagai foreign key). Untuk mengimplementasikan
relationship 1:N, misalnya relationship antara entity Fill customer order (posisi 1)
dengan Ship goods (posisi N), menempatkan Picking ticket number (sebagai primary
key entity Fill customer order) pada tabel Ship goods (sebagai foreign key). Nama tabel
dan attribute secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Tabel yang Digunakan pada Siklus Pendapatan
Table Name Attributes (primary key, foreign keys, other)
Inventory Product number, description, unit cost, unit price, quantity on
hand, weight, reorder point, …
Cash Account number, bank ID, balance, …
Take customer order Sales order number, date, customer ID, salesperson number,
terms, desired delivery date, …
Fill customer order Picking ticket number, date, time, warehouse clerk number,
shipping clerk number, …
Ship goods Invoice number, date, bill of lading number, picking ticket
number, shipping clerk number, carrier number, customer
number, amount due, …
Collect cash Remittance number, date, amount, customer number, cashier
number, invoice number, bank account number
Salesperson Employee number, name, date hired, date of birth, salary,
manager number, …
Warehouse clerk Employee number, name, date hired, date of birth, salary,
manager number, …
Shipping clerk Employee number, name, date hired, date of birth, salary,
manager number, …
Carrier Carrier number, name, primary contact, …
Customer Customer number, name, bill-to address, …
Cashier Employee number, name, date hired, date of birth, salary,
manager number, …
Inventory-Order Product number, sales order number, quantity
Inventory-Fill order Product number, picking ticket number, quantity
Inventory-Ship Product number, invoice number, quantity
Take order-Fill
order
Sale order number, picking ticket number
(Sumber: Romney and Steinbart 2000:449)
2.6 Sistem Database untuk Akuntansi Masa Depan
Sistem database akan sangat berpengaruh pada akuntansi dasar. Sebagai contoh,
sistem database dapat berperan untuk meninggalkan model double-entry bookeeping
(Sentosa 1999:2-12). Dasar pemikiran model double-entry adalah pengulangan, karenaPendekatan Model REA dalam Perancangan ……… (Yuliana)
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
87
pencatatan jumlah transaksi dilakukan dua kali, dengan tujuan untuk memeriksa
keakuratan pemrosesan data. Setiap transaksi menghasilkan catatan debet dan kredit
yang sama. Kesamaan jumlah debet dan kredit diperiksa dan diperiksa kembali pada
beberapa tempat pemrosesan akuntansi. Pengulangan data diantisipasi dengan konsep
database. Jika jumlah yang berhubungan dengan transaksi dimasukkan ke dalam
sistem database secara benar, hal tersebut dapat disimpan hanya satu kali. Pemrosesan
data komputer cukup akurat untuk membantu pemeriksaan keterangan secara teliti,
yang semula ditunjukkan pada model akuntansi double-entry.
Bagaimana dengan account receivable? Account receivable tidak disertakan, karena
account receivable tidak dijumpai pada resource model REA pada Gambar 12. Account
receivable bukan objek yang berdiri sendiri, tetapi hanya menunjukkan perbedaan
waktu antara dua event: penjualan dan penerimaan kas. Akibatnya, jika data tentang
penjualan dan penerimaan kas sudah disimpan dalam database, tidak perlu lagi
menyimpan informasi tentang account receivable secara berlebihan.
3. KESIMPULAN
Kemajuan teknologi komputer dan informasi berpengaruh pada SIA, sehingga
mengubah SIA manual ke SIA terkomputersasi yang melibatkan database. Untuk
merancangkan kembali SIA, akuntan ikut berperan dalam perancangan database,
karena akuntan yang mengusai pengendalian internal yang juga harus diterapkan
pada SIA terkomputerisasi. Pada akhirnya akuntan yang akan menggunakan
informasi yang disajikan oleh SIA terkomputerisasi.
Untuk merancang database diperlukan alat bantu, salah satunya adalah model E-
R. Namun kurang jelas aturan penggambaran diagramnya, sehingga menyulitkan. Ada
pendekatan lain dari model E-R yang disebut dengan model REA yang memiliki aturan
yang lebih jelas dan cara pendekatannya cocok untuk seorang akuntan. Model REA
merupakan logical view data dari pemakai yang berhubungan dengan conceptual-level
dan external-level schema.
Model REA merupakan salah satu data dictionary, yang digunakan untuk
menggambarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada suatu perusahaan. Aktivitas
tersebut mempengaruhi resource apa saja, dengan memperhatikan prinsip ekonomi
give-to-get. Siapa saja yang terlibat dalam aktivitas tersebut dan kepada siapa aktivitas
tersebut ditujukan. Selain itu dalam diagram REA juga dapat dilihat kebijaksaan
perusahaan, ditunjukkan dengan cardinality.
Dengan adanya database, data dapat terintegrasi, perangkapan data dapat
dikurangi, format tidak tergantung pada aplikasi program, dan pemakai data dapat
dengan mudah menyajikan informasi dengan bantuan bahasa query. Dengan prinsip
mengurangi perangkapan data, database menunjukkan adanya kemungkinan untuk
meninggalkan double-entry pada pencatatan akuntansi.Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Mei 2001: 67 - 88
Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting/
88
DAFTAR PUSTAKA
Kroenke, David M. (2000), Database Processing: Fundamentals, Design &
Implementation, Seventh Edition, United State of America: Prentice Hall.
Romney, Marshall B. et al. (2000), Accounting Information Systems, Eighth Edition,
New Jersey: Prentice Hall.
Sentosa, Setyarini dan Maya Fransiska (Mei 1999), “Pengaruh Perkembangan Basis
Data Relasional Terhadap Teknik Double Entry Bookkeeping”,Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, halaman 1-15.
Whitten, Jeffrey L. et al. (1994), Systems Analysis and Design Methods, Third Edition,
United States of America: Irwin.
Whitten, Jeffrey L. et al. (2000), Systems Analysis and Design Methods, Fifth Edition,
New York: Irwin/McGraw-Hill.
Yuliana, Oviliani Yenty (Mei 2001), “Implementasi Referential Integrity Constraint pada
Microsoft Access dalam Upaya Memelihara Konsistensi Data”, Jurnal
Informatika, halaman 33-43.
Rabu, 30 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar